Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Ditampar Oleh HIDUP ITU INDAH

Mengenai peraturan baru untuk mengurus KTP: latar belakang pas foto berwarna biru untuk yang tahun kelahirannya genap dan latar belakang pas foto berwarna merah untuk yang tahun kelahirannya ganjil, tak ada satupun dari petugas kelurahan yang mampu menjelaskan tujuan diberlakukannya aturan tersebut. Maka penulis buku "Hidup Itu Indah" berkata pada petugas kelurahan: "Kalau saja saya yang punya kewenangan bikin peraturan baru itu, akan saya wajibkan warna merah menjadi latar belakang pas foto setiap pemohon KTP. Bedanya, bagi yang tahun kelahirannya genap merahnya tipe dark vermilion sedangkan untuk yang bertahun ganjil musti bright scarlet." Tentu saja si petugas kelurahan penasaran kenapa Aji menerapkan peraturan seperti itu. "Kalau suatu peraturan diciptakan untuk mempersulit, percayalah, versi saya tadi lebih manjur" Satire yang menggelitik namun cadas. Demikianlah yang bisa digambarkan dari buku HIDUP ITU INDAH yang ditulis dan diilustrasikan oleh Aj

PADA AIR YANG TENANG

Hanya pada air yang tenanglah aku dapat bercermin. Untuk memandang rupa diriku. Entahlah apa ada noda di rupaku, Hanya pada air yang tenang aku dapat mengetahui. Pada laut yang berdebur, Pada ombak yang menghunjam karang, Jangankan bercermin, Mendekatpun aku takut. Lalu ke mana lagi aku bisa bercermin? Ke mana lagi aku melihat noda di rupaku? Selain aku datang padamu, wahai telagaku yang tenang! Published with Blogger-droid v2.0.4

Riwayat Rindu

Hujan yang telah lama tak menitik itu tengah berkelana melewati gunung dan laut. Jauh.. Jauh.. Teramat sangat jauh.. Sehingga tak terdengar lagi rintihan rindu daun-daun dan ranting yang telah mengering di sini. Mengering.. Setengah mati.. "Wahai rintik hujan, aku hanyalah aku. Aku bagimu bukan siapa-siapa. Aku bagimu tak kan terlihat. Aku hanyalah satu di antara sekian banyak yang merindumu di sini. Di antara sekian yang sekarat tanpamu. Di antara mereka di sana yang bergembira bersamamu. Tapi di sini, sungguh aku merindu." Dan hanya rintihan itulah yang mampu dihembuskan oleh daun-daun jambu pada udara yang mengalir. Untuk disampaikan kepada hujan yang telah lama tak menitik itu. Maka datanglah hujan kemudian. Dan menitik. Untuk menjawab rindu mereka. Meskipun daun-daun jambu itu telah terlanjur mati. Mati. Published with Blogger-droid v2.0.4

MUARA

Kepada muara aku belajar Bagaimana cara mencintai tanpa berdagang. Kepada muara aku belajar Bagaimana cara berjalan di atas muka bumi dengan ikhlas. Aku ingin menjadi muara yang bersedia menerima keruhnya air meskipun pada awalnya, di hulu ia jernih. Aku ingin menjadi muara yang bersedia menjadi tempat kembali meskipun aliran itu tak langsung datang padanya. Aku ingin menjadi muara yang ikhlas menerima endapan yang dibawa dari berbagai tempat persinggahan. Dan muaralah yang menerima semua, dan bersedia menjadi keruh untuk bisa mempertemukannya dengan lautan. Published with Blogger-droid v2.0.4

PERLAHAN MENEPI

Perlahan menepi, dari riuh ombak yang semakin menggulung. Yang telah berhasil menghanyutkan sebagian dari denyut jantungku. Dari karang di lautan Yang telah menggores tumpuan tempatku berpijak. Hingga tertatih-tatih harus kuberjalan. Perlahan menepi Menunggu di sini, di tepian Hingga samudera bersahabat kembali. Published with Blogger-droid v2.0.4

KERANJANG SAMPAH

Keranjang sampah di sudut rumah itu telah lusuh. Di sanalah tempat penghuni rumah membuang segala sampah. Kekesalan.. Kesedihan.. Kemarahan.. Dan sisa-sisa kegembiraan.. Keranjang sampah di sudut rumah itu telah lusuh. Penuh oleh sampah Namun kemana keranjang sampah itu harus membuang, Kekesalan, Kesedihan, Kemarahan, Dan sisa-sisa kegembiraan.. miliknya sendiri?? Published with Blogger-droid v2.0.4

TRANSAKSI-TRANSAKSI ATAS NAMA

Wahai Ulama, janganlah kalian gadaikan agamamu, Demi kekuasaan yg tak kan pernah bisa abadi. Wahai Mahasiswa, janganlah kalian gadaikan ideologimu, demi seperak dua perak harta yang nilainya tak pernah abadi. Wahai penguasa, janganlah kalian gadaikan rakyatmu, Demi kedudukan yang kelak akan memenjarakanmu. Berdaganglah dengan dirimu sendiri, demi kesempurnaan kualitas diri. Published with Blogger-droid v2.0.4

PENDEKATAN PEMBANGUNAN ALA JOKOWI

Sudah banyak sekali, ~bahkan terlalu banyak kurasa~ pembahasan mengenai salah satu calon Gubernur DKI 2012-2017: Jokowi. Terutama setelah Ia memenangkan putaran I Pilkada DKI. Banyak orang terperangah tak menyangka Beliau bisa mengalahkan Cagub Petahana. Bahkan survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei meleset. Tak ada satupun dari lembaga-lembaga tersebut yang memperkirakan kemenangan Jokowi. Maka Jokowi pun menjadi satu fenomena. Semua mencoba membahas dan menguliti serba serbi Jokowi. Semua bertanya2 apa yang membuat Jokowi bisa memenangkan Pilkada putaran I? Maka para pengamat baik yang profesional maupun amatiran mulai berlomba-lomba menganalisa fenomena tersebut. Mulai dari yang berpendapat bahwa kemenangan Jokowi adalah sebuah sentimen etnis Jawa-Tionghoa sampai yang menguliti kinerja Tim Sukses Jokowi-Ahok. Bagaimana Kepemimpinan Jokowi di Solo sudah banyak kita dengar. Mulai dari penataan kota yang dianggap berhasil, pemindahan PKL sampai tipikal kepemimpinannya

DARI PADANG DI ATAS GUNUNG

Dan bunga edelweiss yang kemudian berdebu itu.. kemarin kutemukan kembali di sudut sebuah ruang kosong. Teronggok, terlupakan. Ketika kusentuh ia kering. Namun kelopak-kelopaknya tetap utuh meski kuhembus. Hanya debu-debu yang beterbangan. Di hadapanku edelweiss itu tengah bercerita. Lewat helai-helai kelopak yang telah mengering. Tentang sebuah perjalan. Dari padang di atas gunung ia berasal. Yang didaki dan dipetik atas nama cinta. Untuk kemudian ada di ruang ini. Ruang yang dulu tak pernah kosong. Dipenuhi lukisan dan puisi pada dinding-dindingnya. Serta petikan senar dari sebuah gitar. Membunyikan nyanyian-nyanyian yang terus menerus dimainkan. Sampai pada satu ketika, satu persatu lukisan-lukisan itu diturunkan. Puisi di dinding-dinding itu disimpan. Dan senar gitar tak pernah dipetik lagi. Lalu ruangan yang indah menjadi kosong. Hanya edelweiss yang tertinggal di pojok ruang itu. Bertahun-tahun sendiri. Kemudian berdebu.

CERITA SAJADAH

Di dalam masjid besar di pusat kota, sebuah Sajadah sedang mencurahkan isi hatinya pada seuntai Tasbih. "Wahai Tasbih, aku adalah Sajadah. Lihatlah aku. Ketebalan dan kelembutanku membuat kaki-kaki yang menginjakku akan merasakan sebuah kenyamanan." Sang Tasbih memperhatikan Sajadah dengan seksama. Ya.. Sajadah itu terlihat sangat lembut dan tebal. Motif-motif yang tergambar pada permukaannya sangat indah. Terlihat sangat mewah. Pasti ia datang ke negeri ini melewati sebuah perjalanan yang sangat jauh. Dan biaya yang tidak sedikit. Pasti dia dimiliki oleh orang berkecukupan. "Dari mana asalmu?" Tanya si biji Tasbih "Aku berasal dari sebuah negeri, nun jauh di ujung sana" "Wah.. Kau beruntung sekali. Tentulah Kau adalah Sajadah yang istimewa bagi Tuanmu." Sajadah itu menunduk sedih. Terdiam. Biji Tasbih tampak heran. "Ya, aku sangat istimewa bagi Tuanku. Bahkan katanya aku sangat istimewa" Sajadah kembali terdiam. Gerak t

PADA SEBUAH TELAGA

Pada sebuah telaga di muka bumi, Langit yang jauh tinggi, beserta awan yang mengiringinya berhenti sejenak untuk bercermin. Bayangannya terlukis dengan nyata di permukaan telaga. Pada sebuah telaga di bawah inilah Langit bisa memahami apa warna yang dilukisnya kini. Pada sebuah telaga langit bisa melihat apakah awan yang dibawanya memberikan kelabu, ataukah mengantarkan cerah matahari di atas sana bagi penghuni bumi. --#-- Begitulah pemimpin. Ibarat langit di atas dan telaga di bawah. Posisi pemimpin yang ada di atas harus berkaca pada rakyat di bawah. Ketika berkaca pada rakyat itulah seorang pemimpin bisa melihat bagaimana wujud aslinya sebagai seorang pemimpin. Ketika rakyat di bawah banyak menderita, seharusnya seorang pemimpin bisa melihat bagaimana leadershipnya. Langit tidak bisa berkaca pada awan. Pemimpin tidak bisa "berkaca" pada anak buah. Karena terkadang anak buah yang tidak merdeka tidak bisa memberikan kritik kepada atasannya. M

Gerimis dan Matahari

Ketika gerimis yang dingin itu bertemu dengan matahari yang panas, sesungguhnya mereka akan segera melukiskan sebuah pelangi. Cahaya matahari menerobos melewati butir-butir gerimis. Dalam setiap butir itu gerimis mampu mengurai cahaya matahari yang satu. Gerimis menunjukkan pada dunia, bahwa satu cahaya benderang itu mengandung paduan warna indah. Lalu ia menghibur setiap mata yang memandangnya. Sebelum sesaat kemudian pelangi itu hilang. Setelah panas matahari meresap butir-butir gerimis yang telah mengurainya. Published with Blogger-droid v2.0.4

BAGAIMANA MUNGKIN AKU BISA?

Bagaimana mungkin aku bisa meninggalkanmu sendiri di sana? Sedangkan siang ini matahari bersinar begitu teriknya. Kalau aku bisa, seharian pun aku sanggup memayungimu. Bagaimana mungkin aku bisa meninggalkanmu sendiri di sana? Sedangkan malam nanti udara akan terasa sangat dingin. Seandainya bisa tentu aku akan menyelimutimu dengan nyaman. Bagaimana bisa aku meninggalkanmu sendiri di dalam sana. Dalam gelap, tak ada setitikpun cahaya. Seandainya bisa ingin kutemani dengan sebuah lilin untuk menerangi jalanmu. Tapi sekarang aku memilih berada di sini. Jauh darimu. Karena aku yakin segala amal semasa hidupmu akan menjadi payung yang akan melindungimu di sana. Karena aku yakin segala kebaikan semasa hidupmu akan menjadi selimut yang memberikan kehangatan bagimu di sana. Dan karena aku yakin segala doa dari orang-orang yang mendapatkan kebaikan darimu, selama hidupmu, akan menjadi cahaya penerang dalam jalanmu di sana, menuju Tuhanmu. Pondok Aren 18 Ju

SEBUAH PABRIK BERNAMA UJIAN NASIONAL

Pagi itu saya sangat terkejut membaca sebuah berita di dunia maya. Wawancara Wakil Menteri Pendidikan mengenai Ujian Nasional yang saya baca di sini membuat saya terpukul: "Percayalah, kalau tidak diberi ujian, yakin saya sekolah itu tidak akan menerapkan proses belajar. Coba bayangkan Indonesia tidak ada semangat untuk belajar. Untung ada UN, mereka jadi belajar." Pernyataan ini membuat saya bertanya-tanya. Bagaimana bisa seorang Wakil Menteri Pendidikan berbicara seperti ini? Apakah ini didasari pengalaman pribadi Sang Profesor? Sehingga Wamen merasa sangat pesimis dengan berlangsungnya proses belajar di sekolah? Mungkin banyak pertanyaan di masyarakat: "apa sih yang salah dengan UN?" atau "perasaan jaman dulu Ujian nggak ribut-ribut seperti ini". Sungguh pada awalnya saya juga merasa heran, apa yang salah dengan UN? toh jaman dulu ini tidak ada masalah? Pada awalnya saya pernah menyatakan: Tidak ada yang salah dengan UN dan saya mendukung ad

DI RUMAH ITU..

Minggu siang yang mendung. Dan kali ini aku mencoba untuk berjalan mundur ke belakang. Terus berjalan mundur. Dan terus berjalan mundur, mengikuti jejak kaki yang pernah ada. Sampai aku tiba di depan sebuah rumah. Tempat di mana tirai tersingkap. Dan film itu kembali diputar ulang. Terlihat olehku rumah kecil dengan taman yang indah. Taman sentuhan seorang ibu. Ada bunga berwarna ungu di sana. Dan wangi kecubung melayang terbang dari gantungannya. Film tersendat berputar. Lalu memulai kembali gambar di seberang rumah itu. Pada trotoar di bawah pohon tanjung. Tempat yang nyaman untuk memulai percakapan, hingga pertengkaran tentang sebatang rokok. Berhenti di depan garasi, pada satu adegan di bawah hujan. Ketika jari-jari itu menghapus jejak air di jendela. Sampai sebuah tangan membuatnya berhenti. Adegan masih terus berlanjut. Di sebuah paviliun beratap rendah. Dengan aquarium bulat di atas meja. Yang dipenuhi mawar merah, mengapung di atas air.

GERAKAN ANTI KEBODOHAN (Catatan Kecil 20 Mei 2012 Untuk Anak Muda Bangsa Ini)

Jika kita menuliskan "Gerakan Anti Kebodohan" pada search engine via internet, hasil pencarian yang muncul sebagian besar merujuk pada sebuah gerakan mahasiswa di ITB. Ya Gerakan Anti Kebodohan dicetuskan oleh Dewan Mahasiswa ITB pada tahun 1977. Gerakan mahasiswa ini tidak bisa dipisahkan dengan Gerakan Mahasiswa ITB setahun kemudian: 1978, yang menjadi bagian dari sejarah kelam gerakan mahasiswa Indonesia. Awal mula organisasi mahasiswa dibekukan. Awal mula Perguruan Tinggi kehilangan independensinya. Ketika tentara menyerbu kampus, mahasiswa ditangkap dan dipenjara karena menolak Soeharto. Gerakan Anti Kebodohan sendiri lebih banyak menyoroti persoalan-persoalan dunia pendidikan yang terjadi pada masa itu. Tingginya angka buta huruf, putus sekolah, kesejahteraan guru, dan lain sebagainya. Namun bagi saya Gerakan Anti Kebodohan adalah sebuah gerakan yang abadi. Bagi saya, Gerakan Anti Kebodohan tahun 1977 bukanlah Gerakan Anti Kebodohan yang pertama. Bagi saya Gerak

KOMODITI ITU BERNAMA AGAMA

Ya, ini Indonesia. Tempat Agama menjelma menjadi sebuah bentuk baru: komoditi. Komoditi adalah barang dagangan yang menjadi subjek kontrak berjangka yang diperdagangkan. Agama? menjadi komoditi? Benarkah? Agama sebuah sistem tatanan hidup yang suci. Sistem yang mengatur hubungan baik antara Manusia dengan Tuhan maupun antara Manusia dengan Manusia dan antara Manusia dengan alam semesta beserta lingkungannya. Namun bagaimana mungkin sistem yang demikian suci bisa menjadi sebuah komoditi? Saya teringat ketika Alm. Soeharto bersama-sama dengan keluarga besarnya menunaikan ibadah haji menjelang akhir masa jabatan lima tahunannya. Bisik-bisik yang beredar di masyarakat menyebutnya 'haji politik'. Konon katanya itu dilakukan dalam rangka memperpanjang masa kekuasaannya. Maka sepulang dari Baitullah namanya pun diperpanjang menjadi H. Mohammad Soeharto. Sering disingkat menjadi HM Soeharto. Ketika itu saya tidak mau ikut-ikutan berisik dengan isu tersebut. Saya tidak me

SATU FRASA BERJUTA KONSEKUENSI: TANGGUNG JAWAB

Melihat kehidupan di Jakarta, di Indonesia, di negeriku ini hanya 1 frasa yang bisa mengungkapkan kegelisahannya: Tanggung jawab. Melihat anak-anak kecil mengendarai motor di jalan raya, hanya 1 frasa yang mengungkapkan kegelisahan masyarakat di sekitarnya: Tanggung jawab. Bukan soal kehebatanmu dalam mengemudikan kendaraan itu, anak-anakku. Kalian pastinya lebih hebat dalam hal itu dibandingkan aku. Tapi rasa tanggung jawab dalam berkendara di jalan raya itu yang kugelisahkan. Bagaimana bisa mengatakan tanggung jawab itu bisa kalian mengerti ketika kalian bertiga secara bersama-sama menaiki kendaraan itu? Adakah rasa tanggung jawab terhadap keselamatan pemilik jalan lainnya? Adakah rasa tanggung jawab untuk mematuhi rambu-rambu yang dibuat, yang sejatinya adalah konsekuensi ketika memegang kemudi. Ah, Nak.. Jangankan kalian yang masih belia. Bahkan kami yang berumur inipun seringkali tidak mengerti apakah itu makna tanggung jawab. Membaca berita 'menyontek massal' di med