Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Ayah, Bunda.. Ajari Kami Untuk Bisa Memutuskan Sendiri

“Bunda, rumput itu emangnya enak?” “Wah.. Bunda nggak tau. Kenapa Maula nanya begitu? Pingin makan rumput?” “Wihihihiii… bukan gitu, kata b* ***u kalau nggak sekolah nanti kayak orang P***a yang cuman makan rumput” Huwaaaaaaa…. Jadi pingin gigit tiang listrik dengernya… anak gue diracun oraaaaang!! huhuhuuuu…. Inhale…. Exhale… Inhale… Exhale.. (mendinginkan kepala yang tiba-tiba berasap) “Dek, bilang ke b* ***u ya.. bunda punya banyak teman orang P***a. Dan mereka semua kuliah di ITB mereka hebat-hebat. Memang sekolah itu penting, Dek. Tapi bukan berarti semua orang P***a tidak sekolah. Banyak sekali yang pintar-pintar dan sekolah di sekolah-sekolah hebat.” “Jadi mereka tidak makan rumput?”   “Kalaupun ada di antara mereka yang tidak sekolah, tapi mereka yang tidak sekolah juga tidak makan rumput. Mereka makan seperti kita. Makan daging dan makan sayur. Dek… kucing juga nggak sekolah, tapi makannya daging kan? Bukan rumput?” “Hahahhahaaa… iya ya

Sesungguhnya Anak-anak Kita Adalah Guru Bagi Kita

Hari ini, 17 April 2014, si Bungsu mengikuti Lomba Baca Puisi dalam rangka Peringatan Hari Kartini di TK-nya. Beberapa minggu sebelumnya dia merayu saya untuk tidak masuk sekolah di hari ini. "Maula nggak bisa apal-apal" begitu keluhnya. Dan... aku pun terus meyakinkan dia, bahwa: "Kalau Maula berusaha pasti bisa kok. Kan Maula sendiri yang bilang kalau Bunda ga bisa Bunda harus bilang: pasti bisa! pasti bisa! pasti bisa! nanti kalau bilang begitu pasti beneran bisa. Nah Maula harus gitu juga dong. Ayok.. kita sama-sama ngapalin." Kata-kata di dalam puisi itu memang cukup sulit untuk anak TK seusianya, bahkan mungkin Maula tidak mengerti arti dari kata-kata tersebut, seperti: "kaum hawa", "menyemangati", "nusantara", "berperan serta", "pembangunan" dan "bangsa". Agar mudah menghapal, aku harus menjelaskan secara sederhana arti kata-kata itu. Karena akan lebih sulit menghapal kalau ia tid

Halloooo Indaah :)

Hallo Indah dan semua kawan yang bertanya tentang ulasan saya mengenai Data KPK Watch di Kompasiana ( http://politik.kompasiana.com/2014/04/03/analisa-sederhana-kejanggalan-data-kpkwatch-644252.html ). Sebetulnya saya merasa sangat tidak perlu membuat tulisan ini lagi. Karena jawaban atas tulisan Indah sudah sangat jelas di ulasan saya tersebut. Tapi mungkin Indah dan beberapa kawan yang lain belum bisa memahami kalau saya tidak menerangkannya secara grafis serta dengan contoh-contoh sederhana lainnya. Juga karena saran beberapa kawan ya pada akhirnya saya buat juga. Karena saya bukan anggota Kompasiana, maka saya tidak bisa memberikan komentar di tulisan Indah tsb. Mohon maaf kalau saya menjelaskannya dengan soal cerita matematika sederhana kelas 6 SD. Tidak bermaksud merendahkan dan menyamakan taraf pemahaman dengan anak kelas 6 SD, tapi memang ilmu statistik yang saya gunakan bukan ilmu statistik yang rumit, hanya ilmu statistik sederhana dan perbandingan sederhana yang ada di pel

Allah Tidak Membutuhkan Ibadah Kita

Allah tidak membutuhkan sholat kita. Ia menyuruh kita sholat agar terlatih sabar, damai, kasih sayang dalam hati kita. Sehingga ketika kita berkecimpung dalam masyarakat, sholat kita akan memancarkan rasa damai, sabar dan kasih sayang kepada sesama makhluk. Allah tidak membutuhkan bacaan Quran kita. Ia menyuruh kita membaca dan mengaji Al Quran agar kita memahami tuntunan2Nya dalam menjalani hidu p kita. Sehingga ketika kita bersosialisasi dlm masyarakat, kita bersosialisasi dgn pribadi Al Quran: membawa ke arah kebaikan, bukan kerusakan. Allah tidak membutuhkan puasa dan zakat kita. Ia menyuruh kita berpuasa dan berzakat agar terlatih hati kita melihat orang-orang yg teraniaya. Sehingga ketika kita terjun ke masyarakat, tidak keras hati kita seperti batu saat melihat orang2 yg lemah. Allah tidak membutuhkan haji kita. Ia menyuruh kita berhaji agar merdeka jiwa kita, tak ada lagi thagut. Syahadat! Tauhid! Tak ada lagi rasa tunduk kita, takut kita, taklid kita,