Jika kita menuliskan "Gerakan Anti Kebodohan" pada search engine via internet, hasil pencarian yang muncul sebagian besar merujuk pada sebuah gerakan mahasiswa di ITB. Ya Gerakan Anti Kebodohan dicetuskan oleh Dewan Mahasiswa ITB pada tahun 1977. Gerakan mahasiswa ini tidak bisa dipisahkan dengan Gerakan Mahasiswa ITB setahun kemudian: 1978, yang menjadi bagian dari sejarah kelam gerakan mahasiswa Indonesia. Awal mula organisasi mahasiswa dibekukan. Awal mula Perguruan Tinggi kehilangan independensinya. Ketika tentara menyerbu kampus, mahasiswa ditangkap dan dipenjara karena menolak Soeharto.
Gerakan Anti Kebodohan sendiri lebih banyak menyoroti persoalan-persoalan dunia pendidikan yang terjadi pada masa itu. Tingginya angka buta huruf, putus sekolah, kesejahteraan guru, dan lain sebagainya.
Namun bagi saya Gerakan Anti Kebodohan adalah sebuah gerakan yang abadi.
Bagi saya, Gerakan Anti Kebodohan tahun 1977 bukanlah Gerakan Anti Kebodohan yang pertama.
Bagi saya Gerakan Anti Kebodohan telah dimulai di masa Nabi-Nabi besar jaman dahulu. Termasuk yang fenomenal adalah di masa Rasulullah SAW.
Kondisi masyarakat Arab ketika itu memiliki peradaban yang tinggi, namun jahil/bodoh dalam hal tatanan masyarakat. Perang antar kabilah, melecehkan kaum wanita, perdagangan manusia, kecurangan dalam perdagangan, maksiat dan lain sebagainya. Lalu Muhammad datang sebagai pencerah di tengah kebodohan. Berjuang untuk memperbaiki tatanan masyarakat yang telah rusak.
Beratus-ratus tahun kemudian, di Indonesia, Gerakan Anti Kebodohan menjelma menjadi sebuah proses yang sangat panjang bagi bangsa ini untuk melepaskan diri dari penjajahan. Ya, penjajahan adalah sebuah gerakan pembodohan. Pemikiran-pemikiran kritis adalah musuh utama dalam penjajahan. Itulah sebabnya, di belahan bumi mana pun, penjajahan tidak menginginkan bangsa yang dijajahnya menjadi cerdas, tercerahkan. Penjajah selalu merasa aman jika bangsa yang dijajahnya memiliki ketergantungan padanya. Ibarat candu yang membuat manusia tergantung padanya, seperti itulah penjajahan bekerja. Maka penting sekali bagi sebuah sistem penjajahan untuk membuat masyarakat yg dijajahnya tetap bodoh.
Membebaskan diri dari belenggu penjajahan berarti membebaskan diri dari kebodohan. Bangsa yang Merdeka adalah bangsa yang tercerahkan. Kemerdekaan tidak mungkin diraih tanpa pencerahan. Tidak mungkin diraih jika kita masih terkungkung dalam kebodohan.
Perjuangan meraih kemerdekaan selama 350 + 3.5 tahun adalah sebuah Gerakan Anti Kebodohan yang menggelinding ibarat bola salju. Semakin lama semakin berkembang dan semakin maju sejalan dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat ketika itu.
Dimulai ketika kesadaran terhadap penjajahan hingga timbulnya berbagai perlawanan di belahan Bumi Indonesia, hingga munculnya kesadaran untuk berorganisasi dgn dibentuknya SDI, SI dan Budi Utomo. Diteruskan dengan kesadaran untuk berjuang bersama2 di bawah Sumpah Pemuda hingga mencapai kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, semua itu adalah proses perjuangan membebaskan diri dari kebodohan. Semua itu adalah perwujudan Gerakan Anti Kebodohan.
Sebagai sebuah gerakan yang abadi, tentunya Gerakan Anti Kebodohan tidak berhenti sampai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Gerakan Anti kebodohan masih berlanjut pada tahun 1966, berlanjut pada tahun 1973, 1977, 1978, 1988, 1998. (Dan yang menjadi catatan penting di sini adalah pelopor gerakan ini di Indonesia dan belahan dunia lainnya adalah anak-anak muda).
Dan apakah Gerakan Anti Kebodohan ini masih berlanjut sampai sekarang? Tentu saja! Bacalah secara perlahan-lahan kondisi di sekeliling kita saat ini. Karena penjajahan sebagai wujud nyata pembodohan, dan sebagai antitesa Gerakan Anti Kebodohan masih terjadi hingga sekarang.
Bangsa ini tidak berdaya terhadap kekayaan alamnya sendiri. Sama halnya seperti ratusan tahun lalu. Ketidakberdayaan ini harus terus berlangsung bagi para 'penjajah'. Sehingga bangsa ini harus dibuat tergantung terhadap bangsa lain.
Maka tak ada kata lain, Gerakan Anti Kebodohan masih harus berlangsung sampai saat ini. Dan bagian tersulitnya adalah ketika kita semua diberikan 3 pilihan peran di dalamnya, peran yang selama ini selalu ada dalam sejarah Gerakan Anti Kebodohan:
1. Sebagai bagian dari penjajahan,
2. Sebagai bagian dari Gerakan Anti Kebodohan,
3. Sebagai penonton.
Yang mana pilihan kita berpulang pada pendapat dan pemikiran masing-masing.
Komentar
Posting Komentar