Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Maudy Kusnaedi dan Kebaya Annie Avantie

Siapa yang tidak kenal Maudy Kusnaedi? Mantan None Jakarta yang melejit lewat peran Zaenab di serial Si Doel. Cantik... pintar (UI booo') dan baik... (hasil investigasi dari adik kelasnya :D ) Ehm... apakah Anda termasuk yang patah hati ketika Maudy menikah dengan Erick Meijer? ahahaha... *pukpukpuk Coba kita kilas balik kembali bagaimana cantiknya Maudy ;) Ini waktu Maudy masih muda... lucuuu yaaa.... :O Dan ini anggunnya Maudy ketika memakai kebaya merah karya Annie Avantie Mengenakan dress karya Sebastian Gunawan Maudy tetap cantik... berkilau di Red Carpet Cannes Bahkan ketika Maudy tidak bermake-up pun wajahnya masih menampakkan kecantikannya.. Apakah mengenakan busana casual, kebaya merah, atau dress, bermake up ataupun tidak, Maudy tetap selalu terlihat cantik. Adalah Allah yang Maha Indah yang menganugerahkan kecantikan pada Maudy. Cantiknya Maudy berasal dari Allah SWT. Sedangkan pakaian yang dikenakan oleh Maudy adalah hasil karya manusia. All

Kopi Liberal

Saya bertemu dengan Adi Taroepratjeka pertama kali di bangku kuliah semester pertama. Kami sama-sama masuk T. Arsitektur di kampus Jl Ganesha tahun 1994. Kebetulan adik Adi adalah adik kelas saya di SMA. Saya dan adiknya sama-sama bergabung di majalah sekolah. Memasuki tahun kedua kuliah, Adi memilih untuk pindah ke Enhaii untuk mengikuti passion-nya di dunia kuliner. Saya ketika itu sempat terkejut dengan keputusannya. Bagi saya sendiri keputusan untuk beralih ke dunia yang sama sekali berbeda itu adalah sebuah keputusan yang sangat berani. Apalagi dunia kuliner ketika itu belum se-booming sekarang.. sebelum berbagai stasiun televisi berlomba-lomba menampilkan chef-chef keren dan berbagai acara bergengsi ajang pencarian bakat dunia kuliner. Pilihan Adi ternyata tepat. Ia serius menggeluti dunianya. Beberapa tahun kemudian nama Adi sudah berkibar sebagai barista. Ketika Kompas TV baru mulai mengudara, Adi didaulat untuk menjadi host Coffee Story.. sebuah acara yang berkisah tent

Jujur Itu Bukan Hebat

"Target UN bukan lagi 100% lulus tetapi 100% jujur. Ke depan jujur bukan lagi hebat. Tetapi, jujur itu normal..." ~Anies Baswedan Sesungguhnya saya tidak pernah ngefans dengan Anies. Tapi pernyataan di atas itu makjleb banget. Good bye lomba pasang spanduk: "100% lulus" di sekolah2. Dan saya berharap mereka sekarang berlomba2 untuk 'memasang spanduk': "100% jujur"... meskipun kita sebagai manusia tidak pernah bisa mengukur kejujuran seseorang toh? :D Intinya adalah... inilah titik balik dunia pendidikan Indonesia. Ketika bangsa ini kembali kepada khittah pendidikan yang sesungguhnya. Ketika...: ~ Dulu angka nilai yg menjadi tolok ukur tingkat keberhasilan pendidikan, sekarang berbalik: PROSES yg menjadi tolok ukur keberhasilan pendidikan. Karena pendidikan itu sendiri pada hakekatnya adalah sebuah proses. Selama ini kita telah keluar jalur dari hakikat dan khittah pendidikan itu sendiri. Semua..  baik murid, guru & orang tua berlomba

Antara Membangun, Merenovasi Dan Memoles Sebuah Bangunan

Kali ini kita bicara tentang sesuatu yang berhubungan dengan dunia yang menjadi latar belakang saya: design & arsitektur. Mungkin banyak dari teman-teman yang sudah pernah membangun atau merenovasi rumah, bukan? Bagaimana.. tentunya paham dong apa perbedaan antara membangun dan merenovasi. Jika membangun itu berarti memulai dari nol. Dari hanya sebidang tanah kosong, lalu kita membangun sebuah bangunan di atasnya. Sedangkan merenovasi berarti kita memperbaiki atau merubah bangunan yang sudah ada, jadi kita tidak memulainya dari nol. Ah... soal ini tentunya kita semua sudah sangat memahami ya... bahkan anak SD juga mungkin sudah memahami perbedaannya. Tapi coba kita gali lebih dalam lagi perbedaannya. Manakah yang lebih rumit: membangun atau merenovasi? Bagi seorang arsitek, bagi seorang tukang, maupun bagi seorang owner/pemilik proyek pada umumnya merasakan bahwa merenovasi jauh lebih rumit daripada membangun sebuah bangunan dari nol JIKA renovasi merubah struktur bangunan.

Aku Yang Bermasalah, Laba-Laba Yang Kumatikan... Bagaimana Denganmu?

Setiap orang mungkin memiliki phobia terhadap sesuatu. Entah itu binatang, tumbuhan, ataupun sebuah benda mati. Dulu waktu kelas 5 SD, sekolah mengadakan kemping pramuka. Di hari kedua Ibuku datang membawa pisang. Tiba-tiba kawanku yang phobia terhadap pisang langsung lari begitu Ibuku memberikan pisang kepadanya. Aku waktu itu bingung dan bertanya-tanya: "Kok ada ya yang takut terhadap pisang?" Aku sendiri punya phobia terhadap serangga seperti laba-laba dan sejenisnya. Ya yang terutama laba-laba besar. Meskipun orang-orang tua berkata bahwa kita tidak boleh membunuh laba-laba, tetapi tetap saja... ada serangga itu di dekatku membuatku merasa tidak nyaman.. kalau berada di kamar pasti aku tidak bisa tidur. Maka hal kejam selanjutnya yang kulakukan adalah mengambil obat nyamuk semprot lalu membunuh laba-laba itu. Aku tidak peduli apakah si laba-laba itu masih bayi atau sudah dewasa.... laba-laba tetap laba-laba. Kaki-kakinya yang berjumlah 8 serta berwarna hitam itu sel

Manusia Luar Biasa Yang Masih Bersedia Menyalakan Lilin Bagi Manusia-manusia yang Terbuang

Pada beberapa titik saya sering merasa kagum terhadap orang lain berdasarkan hal-hal yang mungkin remeh temeh bagi sebagian orang. Misalnya, ketika saya shalat di musholla sebuah mall saya begitu mengagumi orang-orang yang langsung menuju mushola untuk menjalankan shalat ketika adzan berkumandang di tengah-tengah kemewahan mall yang luar biasa luasnya. Karena ketika kita berhadapan dengan gemerlap materi yang disodorkan oleh peradaban mall, ternyata cukup banyak manusia-manusia yang mampu langsung split dari gemerlap duniawi ke gemerlap akhirat. Dan kekaguman saya bertambah ketika manusia-manusia yang saya lihat itu tidak menggunakan atribut yang digunakan oleh muslim 'taat' pada umumnya. Yang wanita cukup banyak yang tidak berjilbab, yang pria juga sebagian besar tak ada tanda hitam di keningnya. Atau... kekaguman saya pada seorang guru SD yang bisa tetap sabar menghadapi kenakalan anak-anak kecil yang harus dihadapinya sehari-hari. Sampai kadang saya merasa khawatir jik