Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

JIKA AKU SHOLAT, SEHARUSNYA AKU JADI SEORANG MUSLIM YANG SEPERTI APA? (II)

Pada tulisan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa 3 ritual awal sholat: wudhu, takbiratul ihram dan iftitah jika dilakukan dengan menyelami maknanya maka akan mengantarkan kita ke dalam 2 kondisi:  1. Pengendalian ketergantungan diri pada kemelekatan duniawi 2. Pengendalian ego Jika setelah berwudhu kita bisa melepaskan diri dari kemelekatan duniawi, lalu setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah kita sudah bisa menihilkan ego, maka itu berarti kita siap untuk masuk ke tahap selanjutnya dalam sholat: berdialog dengan Allah lewat surat Al Fatiha. Tanpa masuk ke dalam 2 kondisi di atas, kita tidak akan bisa berdalog dengan Allah. Bacaan-bacaan Al Fatiha kita menjadi meaningless... tanpa makna, dan tidak akan membekas apa-apa dalam kehidupan kita.  Jika kita sudah siap, mari kita mencoba masuk dalam tahap berdialog dengan Allah. Bagi sebagian orang, bisa berdialog dengan Allah adalah sesuatu yang sangat didambakan. Bagaimana tidak.. Sebagian kita berharap bisa berdialog da

Dimensi Jamaliyah-Jalaliyah dan Wajah Umat Islam Saat Ini

Kadang-kadang muncul pertanyaan di kepalaku... kenapa sebagian umat ini begitu mudah marah? Kenapa umat ini begitu sensitif terhadap kondisi dirinya, tapi kurang sensitif terhadap kondisi pihak lain? Mungkin selama ini kita terlalu mempersonifikasikan Tuhan sebagai sosok yang menakutkan, yang menyiksa makhluk ciptaannya, yang berjarak, yang mudah murka dan menghukum manusia terhadap kekurangan sekecil apapun. Anak-anak kita pun disuguhkan kisah-kisah penyiksaan di neraka... dengan berbagai alat pertukangan untuk menyiksa seperti gergaji, gunting, palu, atau tusukan kambing guling, setrikaan, minyak panas dalam penggorengan dan lain sebagainya. Lalu kita selalu mengancam anak-anak kita dengan hukuman-hukuman itu jika tidak sholat, jika tidak puasa, jika berbohong, dan jika melakukan kesalahan-kesalahan lainnya. Gambaran seperti ini mungkin begitu tertanam di kepala kita sejak kecil sehingga lebih banyak membentuk kita sebagai pribadi yang keras. Apakah Islam sejatinya seperti itu?  Sama

JIKA AKU SHOLAT, SEHARUSNYA AKU JADI SEORANG MUSLIM YANG SEPERTI APA? (I)

Tulisan ini dibuat bukan karena penulisnya sudah berhasil menjadi muslim yang ideal dengan sholat yang dilakukannya. Sama sekali bukan. Sebaliknya.. tulisan ini dibuat justru agar penulisnya memiliki acuan bagaimana seharusnya ia hidup dan berjalan di muka bumi ini jika ia mendirikan sholat 5x sehari. Dan agar penulis bisa memiliki acuan untuk memperbaiki kualitas sholatnya. Diawali dari pertanyaan.. "Kenapa sih ada orang yang rajin sholat 5 waktu.. rajin puasa sunnah.. tapi tetap melakukan korupsi atau maksiat? Lalu bagaimana seharusnya karakter orang yang melakukan sholat 5 kali dalam sehari itu?" “P ermisalan salat yang lima waktu itu seperti sebuah sungai yang mengalir melimpah di dekat pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali.” Al Hasan berkata: “Tentu tidak tersisa kotoran sedikit pun (di badannya).” [HR. Muslim no. 668] Tetapi sholat tidak hanya semata-mata sebagai pembersih dosa saja. Terutama karena kita mengenal

PROBLEM KEJAHATAN dan FREE WILL

Problem Kejahatan yang merupakan pertanyaan paradoksial pertama kali diajukan oleh Epicuros (341-270SM). Disebut juga Trilema Epicuros: Tuhan, katanya ingin menghilangkan kejahatan tetapi tidak dapat. Atau Ia dapat tetapi tidak berniat. Atau Ia tidak berniat dan tidak dapat, atau Ia berniat dan dapat. Jika Ia berniat dan tidak dapat.. Ia lemah, yang tidak sesuai dengan sifat Tuhan. Jika Ia dapat dan tidak berniat... ia dengki, yang juga berbeda dengan sifat Tuhan. Jika Ia tidak berniat dan tidak dapat,.. Ia dengki dan lemah, sehingga bukan Tuhan. Jika Ia berniat dan dapat, yang sesuai dengan Tuhan, maka dari manakah kejahatan? Atau kenapa Ia tidak menghilangkannya? Pertanyaan paradoksial ini kemudian ditegaskan oleh David Hume dalam  Dialogues Concerning Natural Religion  (1779). Dan menjadi problem yang dijadikan salah satu alasan utama oleh kaum Atheis untuk menolak keberadaan Tuhan. Berbagai argumen untuk menjawab Problem Kejahatan ini pernah diajukan oleh para filsuf di antaranya:T

MENSUJUDKAN DIRI

Kalau ada yang bertanya, "Sholatkah Kamu dalam hidupmu?" Mungkin sebagian besar akan menjawab, "Ya pasti dong.." Tapi kalau ada yang bertanya, "Hadirkah sholatmu dalam hidupmu?"... apa jawabmu?  Hening sejenak.. apa maksud pertanyaannya?  Apakah sholatmu mempengaruhi hidupmu? Berpengaruh pada sikap dan perilakumu? Atau hanya sekedar rutinitas kewajiban sehari-hari sambil merapalkan list permohonan kepada Allah? Sesungguhnya Allah tidak punya kepentingan apa-apa terhadap ibadah-ibadah kita, termasuk di sini sholat. Jangan sampai kita berpikir Allah memerintahkan kita sholat karena Allah butuh disembah. Maha Suci Allah dari segala kebutuhan yang dipersepsikan oleh manusia. Allah tidak membutuhkan apapun dari makhluk ciptaan-Nya Saya sendiri selalu meyakini bahwa ibadah-ibadah yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan oleh manusia pasti memberikan dampak perubahan perilaku terhadap manusia itu sendiri, terutama perubahan perilaku ke arah kebaikan. Fitrah manu

Jebakan dalam Proses Belajar Manusia

Saya membaca tulisan keren Gus Ulil Abshar Abdala tentang "Qutbiisme" dan Kepongahan Kaum Scientifik ... pas ketika saya sedang membuat tulisan ini .. tentang "Jebakan dalam Proses Belajar Manusia". Bukan hanya Qutbiisme dan Saintisme saja yang tejebak dalam kepongahan seperti yang ditulis oleh Gus Ulil. Pada dasarnya, semua aliran .. semua bidang ilmu di dunia ini, jalan menuju ke arahnya memiliki 2 jebakan yang bisa membuat seseorang yang tengah dalam proses belajar jatuh terjerembab pada lubang yang sangat dalam.   Jebakan pertama adalah kesombongan. Memiliki kelebihan dari orang lain seringkali membuat kita terlena dan menjerumuskan manusia ke dalam jebakan kesombongan. Termasuk di sini: memiliki kelebihan ilmu.  Ilmu apapun. Jangankan sains yang sedikit bersentuhan dengan nilai-nilai moral, jalan menuju ilmu humaniora dan agama pun bisa memiliki jebakan kesombongan ini.    Kesombongan adalah jebakan yang bisa menjerat manusia jatuh lebih dalam pada ke

Dua Kisah Penuh Irisan Bawang Ketika Allah Menegur Nabi Musa

Ada 2 kisah ketika Allah menegur Nabi Musa. Kisah-kisah ini sepertinya mengandung irisan bawang bombay sehingga sukses bikin melting berhari-hari. Kisah pertama.. Dalam hadits qudsi, Allah SWT berbicara kepada nabi Musa AS. "Wahai hamba Ku... aku lapar, tapi kenapa kalian tak memberi Aku makan, Aku haus, tapi kenapa kalian tak beri Aku minum, Aku susah, tapi kenapa kalian tak mengunjungi-Ku" Ketika nabi Musa bertanya, "Ya Rabb... di mana aku bisa menemui-Mu?" Kemudian Allah SWT berfirman: "Barang siapa yang ingin menemui-Ku, maka temuilah mereka yang kehausan, mereka yang kelaparan, dan mereka yang kesusahan. Karena sesungguhnya Aku bersamanya." Allah SWT menambahkan firman-Nya: "Ketahuilah, tidaklah sampai cinta-Ku kecuali kalian mencintai sesama. Tidaklah sampai pelayanan-Ku, kecuali kalian sudi melayani sesama." Bagaimana hati tidak meleleh membaca kisahnya.. ketika Allah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Agung menurunkan diriNya

Rindu

Satu waktu,... di tengah-tengah masa pandemi global seperti saat ini, aku sempat bercakap-cakap dengan seorang kawan di Canada. Aku katakan padanya.. tidak ada ketakutan untuk diriku sendiri terhadap virus ini. Aku hanya berusaha menjaga diri agar orang-orang di sekitarku tidak mengalami hal-hal yang buruk. [6:39 PM, 4/3/2020] Novi R.S.S: Akutu sebenernya ga takut kl aku kena. Lebih khawatir kl org2 dekatku kena.. 😅 [6:40 PM, 4/3/2020] Novi R.S.S: Aku malah sebenernya lebih senang kl mati dlm waktu dekat.. 🙊 [6:42 PM, 4/3/2020] A**: huussshhhhhh [6:42 PM, 4/3/2020] A**: pamali!! 😡😡😡 [6:45 PM, 4/3/2020] Novi R.S.S: Hihihii... pingin ketemu Tuhan.. 🤭 [6:46 PM, 4/3/2020] Novi R.S.S: Tapi ya kl aku ga berusaha jaga diri ya Tuhan ga mau ketemu aku.. [6:48 PM, 4/3/2020] Novi R.S.S: Trus aku jg takut kl kelamaan di dunia,.. kacau banget di sini.. [6:50 PM, 4/3/2020] A**: itu point yg valid...tapi teteup...aku sih masih mao lihat ponakan2ku tumbuh dewasa dll Sekali itulah ak

E G O

Ego itu seperti manusia. Dia bisa tumbuh jika dipelihara. Bisa manja jika terus disuapi. Bisa mati jika ditekan. Dan bisa sengsara jika diabaikan. Dia seperti manusia. Bisa dikuasai. Bisa dikendalikan. Bisa diperintah. Bisa ditaklukan. Makanan yang paling disukainya adalah citra. Pujian orang2 adalah vitamin bagi pertumbuhannya. Kehormatan adalah nutrisi yang menjadikannya semakin besar. Lalu apa yang bisa mengendalikan dan menaklukannya? Kesadaran. Kesadaran tuannya. Kreo, 18 April 2020

Sampai Kapanpun, Kita Masih Butuh Anak-Anak Yang Jago Menghapal

Sudah lama sebenarnya saya ingin menulis soal ini. Waktu isunya sedang heboh-hebohnya. Tapi… kemudian saya undurkan niat saya. Biasalah… di Indonesia kalau isu sedang panas2nya.. sulit untuk berdiskusi dengan objektif. Karena sekarang semua ada kubu-kubunya… semua bisa dikaitkan dengan politik. Maka diskusinya bukan untuk mencari yang terbaik… tapi berkutat pada soal menang-kalah dan polarisasi politik. Sekarang ketika orang sedang beralih pada isu corona, saya pikir inilah saatnya untuk menulis tentang isu ini. Dimulai dengan pernyataan Mendiknas Nadiem Makarim saat rapat bersama Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan pada Kamis, 12 Desember 2019 , "Ini yang Indonesia butuhkan di masa depan. Mohon maaf, dunia tidak membutuhkan anak-anak yang jago menghafal." Saya menilai pernyataan tersebut adalah pernyataan yang gegabah dan tidak elok dilontarkan oleh seorang menteri pendidikan. Saya sendiri ketika mengajar Matematika, Fisika dan Kimia kepada anak-an