Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

JIKA AKU SHOLAT, SEHARUSNYA AKU JADI SEORANG MUSLIM YANG SEPERTI APA? (II)

Pada tulisan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa 3 ritual awal sholat: wudhu, takbiratul ihram dan iftitah jika dilakukan dengan menyelami maknanya maka akan mengantarkan kita ke dalam 2 kondisi:  1. Pengendalian ketergantungan diri pada kemelekatan duniawi 2. Pengendalian ego Jika setelah berwudhu kita bisa melepaskan diri dari kemelekatan duniawi, lalu setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah kita sudah bisa menihilkan ego, maka itu berarti kita siap untuk masuk ke tahap selanjutnya dalam sholat: berdialog dengan Allah lewat surat Al Fatiha. Tanpa masuk ke dalam 2 kondisi di atas, kita tidak akan bisa berdalog dengan Allah. Bacaan-bacaan Al Fatiha kita menjadi meaningless... tanpa makna, dan tidak akan membekas apa-apa dalam kehidupan kita.  Jika kita sudah siap, mari kita mencoba masuk dalam tahap berdialog dengan Allah. Bagi sebagian orang, bisa berdialog dengan Allah adalah sesuatu yang sangat didambakan. Bagaimana tidak.. Sebagian kita berharap bisa berdialog da

Dimensi Jamaliyah-Jalaliyah dan Wajah Umat Islam Saat Ini

Kadang-kadang muncul pertanyaan di kepalaku... kenapa sebagian umat ini begitu mudah marah? Kenapa umat ini begitu sensitif terhadap kondisi dirinya, tapi kurang sensitif terhadap kondisi pihak lain? Mungkin selama ini kita terlalu mempersonifikasikan Tuhan sebagai sosok yang menakutkan, yang menyiksa makhluk ciptaannya, yang berjarak, yang mudah murka dan menghukum manusia terhadap kekurangan sekecil apapun. Anak-anak kita pun disuguhkan kisah-kisah penyiksaan di neraka... dengan berbagai alat pertukangan untuk menyiksa seperti gergaji, gunting, palu, atau tusukan kambing guling, setrikaan, minyak panas dalam penggorengan dan lain sebagainya. Lalu kita selalu mengancam anak-anak kita dengan hukuman-hukuman itu jika tidak sholat, jika tidak puasa, jika berbohong, dan jika melakukan kesalahan-kesalahan lainnya. Gambaran seperti ini mungkin begitu tertanam di kepala kita sejak kecil sehingga lebih banyak membentuk kita sebagai pribadi yang keras. Apakah Islam sejatinya seperti itu?  Sama