Minggu siang yang mendung.
Dan kali ini aku mencoba untuk berjalan mundur ke belakang.
Terus berjalan mundur.
Dan terus berjalan mundur, mengikuti jejak kaki yang pernah ada.
Sampai aku tiba di depan sebuah rumah.
Tempat di mana tirai tersingkap.
Dan film itu kembali diputar ulang.
Terlihat olehku rumah kecil dengan taman yang indah.
Taman sentuhan seorang ibu.
Ada bunga berwarna ungu di sana.
Dan wangi kecubung melayang terbang dari gantungannya.
Film tersendat berputar.
Lalu memulai kembali gambar di seberang rumah itu.
Pada trotoar di bawah pohon tanjung.
Tempat yang nyaman untuk memulai percakapan, hingga pertengkaran tentang sebatang rokok.
Berhenti di depan garasi, pada satu adegan di bawah hujan.
Ketika jari-jari itu menghapus jejak air di jendela.
Sampai sebuah tangan membuatnya berhenti.
Adegan masih terus berlanjut.
Di sebuah paviliun beratap rendah.
Dengan aquarium bulat di atas meja.
Yang dipenuhi mawar merah, mengapung di atas air.
Dua buah lilin di antara merah.
Yang menggambarkan satu adegan lain.
Di depan hamparan lampu-lampu kota.
Pada satu malam.
Film itu berhenti berputar.
Tanpa ada akhir.
Yang ada hanya rumah itu,
tanpa taman,
tanpa bunga ungu,
tanpa kecubung,
tanpa mawar merah dan dua buah lilin di antara merah,
tanpa jemari yang menghapus jejak hujan di jendela.
Tapi semuanya tetap terlihat di sana.
Aku pun kembali berjalan.
Meninggalkan rumah itu,
untuk satu saat kembali.
Entah kapan..
Komentar
Posting Komentar