Dan bunga edelweiss yang kemudian berdebu itu..
kemarin kutemukan kembali di sudut sebuah ruang kosong.
Teronggok, terlupakan.
Ketika kusentuh ia kering.
Namun kelopak-kelopaknya tetap utuh meski kuhembus.
Hanya debu-debu yang beterbangan.
Di hadapanku edelweiss itu tengah bercerita.
Lewat helai-helai kelopak yang telah mengering.
Tentang sebuah perjalan.
Dari padang di atas gunung ia berasal.
Yang didaki dan dipetik atas nama cinta.
Untuk kemudian ada di ruang ini.
Ruang yang dulu tak pernah kosong.
Dipenuhi lukisan dan puisi pada dinding-dindingnya.
Serta petikan senar dari sebuah gitar.
Membunyikan nyanyian-nyanyian yang terus menerus dimainkan.
Sampai pada satu ketika,
satu persatu lukisan-lukisan itu diturunkan.
Puisi di dinding-dinding itu disimpan.
Dan senar gitar tak pernah dipetik lagi.
Lalu ruangan yang indah menjadi kosong.
Hanya edelweiss yang tertinggal di pojok ruang itu.
Bertahun-tahun sendiri.
Kemudian berdebu.
Selesai sudah cerita edelweiss.
Kusentuh kelopak-kelopaknya yang kering.
Perlahan kuletakkan ia dalam sebuah kotak.
Dan tetap kusimpan dalam ruangan ini.
Sebuah ruang yang telah kosong.
Published with Blogger-droid v2.0.4
Komentar
Posting Komentar