Mengamati anak kambing yang sedang asyik menyusu pada induknya sore itu membuat aku jadi berpikir: apa jadinya ya... kalau tiba-tiba induk kambing itu dikudeta oleh seekor kucing?.... maksudnya kalau tiba-tiba yang menyusui anak kambing itu adalah seekor kucing, atau harimau, atau sapi, atau bahkan serigala??
Dari pengamatan dan pemikiran itu, ada sesuatu yang ingin aku ceritakan di sini, fakta-fakta yang aku temui tentang susu sapi yang telah menggantikan peran ASI. Terus terang fakta-fakta ini sempat membuat aku terkejut dan merasa sedih. Mungkin karena tadinya aku berpikir bahwa promosi ASI eksklusif yang lumayan gencar ketika Nisa dan Maula masih bayi, aku jadi mengira Indonesia adalah negara yang paling besar cakupan ASI Eksklusifnya. Ternyata aku salah. Setelah diberikan referensi oleh temanku Rien, aku baru tahu bahwa cakupan ASI eksklusif di Indonesia jauh di bawah rata2 dunia: 38%. Berapa cakupan ASI Eksklusif di Indonesia? Hanya berada di kisaran 7%!!! Dan itu semakin menurun dari tahun ke tahun. Tahun 1997 cakupan ASI Eksklusif 7,9%, menurun pada tahun 2002 menjadi 7,8% dan terakhir tahun 2007 hanya 7,2%!!!
Aku pernah sangat terkejut ketika seorang teman memposting status facebook tentang temannya yang tidak didukung keluarga untuk memberikan ASI, karena keluarganya berpendapat bahwa susu sapi formula lebih baik daripada ASI. Wadduh... apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini? Padahal komunikasi dan informasi saat ini menjadi lebih mudah. Apakah informasi mengenai ASI Eksklusif ini kurang memadai? Anehnya daerah perkotaan yang informasinya lebih mudah diakses justru cakupan ASI Eksklusifnya lebih rendah daripada di pedesaan. Di tahun 2002 saja cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan hanya 4-12%, sedangkan di pedesaan hanya 4-25%. Cakupan ASI Eksklusif 5-6 bulan lebih menyedihkan: di perkotaan hanya 1-13%, sedangkan di pedesaan 2-13%.
Secara dalil aqli, alias secara logika, ASI yang notabene berasal dari ibu bayi, yang satu darah dengan si bayi tentunya lebih baik daripada susu sapi yang bukan darah daging si bayi –kecuali bagi bayi sapi sendiri tentunya- Yang dilakukan oleh produsen susu sapi menambahkan zat ini itu dalam susu sapi hanyalah usaha mati2an dari produsen susu sapi untuk menyamai keunggulan ASI. Namun begitu dilihat dari berbagai sudut manapun tetap saja ASI lebih baik dari susu sapi yang terbaik sekalipun. Pemberian ASI eksklusif dapat menyelamatkan lebih dari 30 ribu balita di Indonesia.
Dari pengamatan dan pemikiran itu, ada sesuatu yang ingin aku ceritakan di sini, fakta-fakta yang aku temui tentang susu sapi yang telah menggantikan peran ASI. Terus terang fakta-fakta ini sempat membuat aku terkejut dan merasa sedih. Mungkin karena tadinya aku berpikir bahwa promosi ASI eksklusif yang lumayan gencar ketika Nisa dan Maula masih bayi, aku jadi mengira Indonesia adalah negara yang paling besar cakupan ASI Eksklusifnya. Ternyata aku salah. Setelah diberikan referensi oleh temanku Rien, aku baru tahu bahwa cakupan ASI eksklusif di Indonesia jauh di bawah rata2 dunia: 38%. Berapa cakupan ASI Eksklusif di Indonesia? Hanya berada di kisaran 7%!!! Dan itu semakin menurun dari tahun ke tahun. Tahun 1997 cakupan ASI Eksklusif 7,9%, menurun pada tahun 2002 menjadi 7,8% dan terakhir tahun 2007 hanya 7,2%!!!
Aku pernah sangat terkejut ketika seorang teman memposting status facebook tentang temannya yang tidak didukung keluarga untuk memberikan ASI, karena keluarganya berpendapat bahwa susu sapi formula lebih baik daripada ASI. Wadduh... apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini? Padahal komunikasi dan informasi saat ini menjadi lebih mudah. Apakah informasi mengenai ASI Eksklusif ini kurang memadai? Anehnya daerah perkotaan yang informasinya lebih mudah diakses justru cakupan ASI Eksklusifnya lebih rendah daripada di pedesaan. Di tahun 2002 saja cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan hanya 4-12%, sedangkan di pedesaan hanya 4-25%. Cakupan ASI Eksklusif 5-6 bulan lebih menyedihkan: di perkotaan hanya 1-13%, sedangkan di pedesaan 2-13%.
Secara dalil aqli, alias secara logika, ASI yang notabene berasal dari ibu bayi, yang satu darah dengan si bayi tentunya lebih baik daripada susu sapi yang bukan darah daging si bayi –kecuali bagi bayi sapi sendiri tentunya- Yang dilakukan oleh produsen susu sapi menambahkan zat ini itu dalam susu sapi hanyalah usaha mati2an dari produsen susu sapi untuk menyamai keunggulan ASI. Namun begitu dilihat dari berbagai sudut manapun tetap saja ASI lebih baik dari susu sapi yang terbaik sekalipun. Pemberian ASI eksklusif dapat menyelamatkan lebih dari 30 ribu balita di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar