Langsung ke konten utama

Si Rumput Liar




Hari Minggu yang cerah, diawali dengan membuka jendela. Membiarkan matahari menyelisipkan cahayanya di antara tirai-tirai jendela, membiarkan udara memenuhi ruang di antara paru-paru kita, membiarkan mata memandang hijaunya rerumputan yang masih dibasahi embun. Tapi... o..o... lihat halaman rumah kita. Rumput-rumput liar sudah mulai tumbuh. Ya, mereka tumbuh lebih tinggi di antara rumput gajah mini yang sengaja kita tanam. Huh... kita tidak berharap rumput-rumput liar itu ada di sini. Sama sekali tidak indah. Adduuuh... tanganku sudah gatal ingin mencabut rumput-rumput liar itu. Setelah urusan-urusan di awal pagi selesai, sekarang..... ayoo anak-anak kita menuju halaman untuk mencabut rumput-rumput liar itu, agar halaman kita menjadi indah kembali.


Nah... lihat ini anak-anak, rumput liar selalu lebih cepat tumbuh diantara rumput-rumput gajah mini yang indah ini. Maka kita harus mencabut rumput liar ini beserta akarnya. Karena kalau akarnya kita tinggalkan maka dia akan tumbuh lagi, terus dan terus... Ayo kita cabut anak-anak, seperti ini.... hhhhrrrggghhh.... eurrrggghhh... wah ternyata sulit ya mencabut rumput liar ini. Ya.. ya... rumput liar ini memang sangat kuat. Padahal begitu seringnya kita injak-injak. Tapi begitulah, semakin sering kita injak-injak semakin kuat ia mengakar di bumi. Sering kita gagal mencabut akarnya, sehingga ia selalu bisa tumbuh lagi.

Ah, Nak... yang itu namanya Putri Malu. Kenapa disebut Putri Malu karena kalau kita sentuh daunnya ia akan menguncupkan daun-daunnya seolah-olah merasa malu. Ia termasuk tumbuhan liar juga. Mari kita cabut. Awwww.... hati-hati! Meskipun masih kecil ternyata durinya cukup kuat menancap di jemari kita. Apalagi si Pemalu ini ternyata lebih mengakar kuat di bumi karena akarnya lebih panjang daripada rumput liar lainnya. Hhhhmmm... selain mengakar kuat, ternyata ia juga bersenjata.

Huh!! ternyata tidak mudah menghabisi rerumputan liar yang remeh, kecil, mengganggu, tidak indah dan sering kita injak-injak ini, Anak-anakku. Semakin sering kita injak-injak ternyata akarnya semakin kuat. Jadi bagaimana supaya kita bisa menghabisi mereka? Ayo, sekarang tanamkan di pikiran kita dengan kuat (sekuat akar-akar rumput itu), bahwa mereka tidak mudah dihabisi, bahwa mereka tidak mudah dicabut, bahwa mereka memiliki akar yang sangat kuat, panjang mengakar, dan juga memiliki senjata yang tajam. Maka ketika otak kita memikirkan hal itu, secara otomatis ada yang mengarahkan jari jemari kita untuk mengukur dimana tempat yang pas bagi tangan kita untuk berpegang, memusatkan tenaga dan.... Yak!!! Berhasil!!! Rumput liar ini tercerabut beserta akar-akarnya!

Ah, Nak... kau belum berhasil ya... coba hilangkan pikiran bahwa rumput ini lemah, ayo berpikirlah bahwa rumput ini sangat kuat... ayo kita coba lagi...... yaaaa!!... Nah!! Kau berhasil kan??

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindari Berbohong dalam Berpolitik: INDEKS KORUPSI PARTAI POLITIK VERSI KPK WATCH: QUALIFIED ATAU ABAL-ABAL?

Akhir-akhir ini banyak beredar di dunia maya Indeks Korupsi Partai Politik yang dibuat oleh semacam lembaga (entah lembaga resmi, entah lembaga dadakan)dengan nama KPK Watch sebagai berikut di bawah. Bagaimana metode perhitungan Indeks Korupsi Partai Politik versi KPK Watch ini? KPK Watch mengambil data jumlah koruptor selama periode 2002-2014 dari laman ICW. Setelah diperoleh angka jumlah koruptor, KPK Watch membagi angka tersebut dengan jumlah suara yang diperoleh pada pemilu 2009. Maka didapatlah angka Indeks Korupsi Partai Politik yang kemudian dipublikasikan via social media. Tentu saja publikasi ini tidak melewati publikasi media cetak dan media elektronik. Mengapa? Entahlah.. kita tidak akan membahas itu. Kita hanya akan membahas bagaimana metoda perhitungan KPK Watch ini dan apa pengaruhnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 ini. Tapi mungkin dari pembahasan ini kita akan paham kenapa Indeks Korupsi Partai Politik yang dikeluarkan KPK Watch ti

Halloooo Indaah :)

Hallo Indah dan semua kawan yang bertanya tentang ulasan saya mengenai Data KPK Watch di Kompasiana ( http://politik.kompasiana.com/2014/04/03/analisa-sederhana-kejanggalan-data-kpkwatch-644252.html ). Sebetulnya saya merasa sangat tidak perlu membuat tulisan ini lagi. Karena jawaban atas tulisan Indah sudah sangat jelas di ulasan saya tersebut. Tapi mungkin Indah dan beberapa kawan yang lain belum bisa memahami kalau saya tidak menerangkannya secara grafis serta dengan contoh-contoh sederhana lainnya. Juga karena saran beberapa kawan ya pada akhirnya saya buat juga. Karena saya bukan anggota Kompasiana, maka saya tidak bisa memberikan komentar di tulisan Indah tsb. Mohon maaf kalau saya menjelaskannya dengan soal cerita matematika sederhana kelas 6 SD. Tidak bermaksud merendahkan dan menyamakan taraf pemahaman dengan anak kelas 6 SD, tapi memang ilmu statistik yang saya gunakan bukan ilmu statistik yang rumit, hanya ilmu statistik sederhana dan perbandingan sederhana yang ada di pel

JIKA AKU SHOLAT, SEHARUSNYA AKU JADI SEORANG MUSLIM YANG SEPERTI APA? (II)

Pada tulisan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa 3 ritual awal sholat: wudhu, takbiratul ihram dan iftitah jika dilakukan dengan menyelami maknanya maka akan mengantarkan kita ke dalam 2 kondisi:  1. Pengendalian ketergantungan diri pada kemelekatan duniawi 2. Pengendalian ego Jika setelah berwudhu kita bisa melepaskan diri dari kemelekatan duniawi, lalu setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah kita sudah bisa menihilkan ego, maka itu berarti kita siap untuk masuk ke tahap selanjutnya dalam sholat: berdialog dengan Allah lewat surat Al Fatiha. Tanpa masuk ke dalam 2 kondisi di atas, kita tidak akan bisa berdalog dengan Allah. Bacaan-bacaan Al Fatiha kita menjadi meaningless... tanpa makna, dan tidak akan membekas apa-apa dalam kehidupan kita.  Jika kita sudah siap, mari kita mencoba masuk dalam tahap berdialog dengan Allah. Bagi sebagian orang, bisa berdialog dengan Allah adalah sesuatu yang sangat didambakan. Bagaimana tidak.. Sebagian kita berharap bisa berdialog da