Langsung ke konten utama

Perbedaan Yang Mencerdaskan




Temukanlah keindahan dalam pelangi karena warnanya yang beragam.

Lalu, apakah kau akan menemukan keindahan yang sama,
apabila ia hanya memiliki satu warna?

Beberapa hari yang lalu ketika menuju Trisakti aku mendengarkan Radio,( seperti biasa )Delta FM. Tepat ketika Garin Nugroho berbicara. Ada satu kalimat yang –kalau bahasa gaulnya – menimbulkan chemistry hehehehe… (gaul dikit). Garin berkata: “saya percaya ketika orang memiliki banyak pilihan maka dia akan lebih cerdas”…. Ah ya…. Banyaknya pilihan membuat orang menjadi cerdas. Ya, tentu saja Garin mengatakan hal tersebut dalam hubungannya dengan dunia perfilman. Semakin banyaknya film yang diproduksi maka masyarakat tersebut akan lebih cerdas. Pasti dong, tentunya masyarakat akan mengumpulkan data lalu mensintesanya dalam proses penyaringan untuk menentukan pilihan mana yang akan ia tonton. Itu dari sisi masyarakat. Dari sisi produser film sendiri ia akan meningkatkan kualitas film yang diproduksinya karena timbulnya persaingan. Maka seluruh crew film akan memaksimalkan kreatifitas dan mencari inovasi2 baru yang lebih membuat filmnya berkualitas.

Dan ‘quote’nya Garin tersebut berlaku untuk semua sisi kehidupan. Kita bisa melayang ke masa 20 tahun yang lalu ketika kita yang tinggal di Jakarta harus terbang ke Ambon hanya dengan satu kata: GA-RU-DA. Dan sekarang masyarakat bisa memilih maskapai penerbangan mana yang akan dipilihnya. Selain dari sisi harga kita bisa menentukan pilihan dengan mengumpulkan informasi mengenai keselamatan, kenyamanan dan pelayanan yang diberikan maskapai penerbangan tersebut.

Seorang anak yang memiliki banyak pilihan permainan akan belajar banyak hal dari permainan yang berbeda. (tetapi banyaknya permainan ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan banyaknya uang di kantong… hahahahha… tergantung kreatifitas kitalah..)Bahkan untuk menentukan mainan mana yang akan dimainkan terlebih dahulu anak tersebut harus menstimulasi otaknya. Maka tentu saja anak tersebut akan lebih cerdas dibandingkan anak yang seharian hanya duduk di depan tv atau bermain ps sepanjang hari.

Minggu yang lalu aku juga pernah menulis status tentang seorang penganut Saksi Yehuwa yang datang padaku dan mempertanyakan tentang banyaknya aliran dalam Islam. Dan kemudian aku pun berkata “Bukankah itu indah?” Banyaknya aliran memperlihatkan kebebasan pemikiran dalam Islam. Bahkan Islam mendorong umatnya untuk mengeluarkan pendapat dengan perintah “Iqra” dan imbalan untuk ‘Ijtihad’. Maka perbedaan2 itu menunjukkan banyaknya umat yang mendalami ajaran agamanya dan menemukan hal-hal yang baru di dalamnya. Indah bukan?

Kita juga ingat betapa masyarakat kita dibodohkan oleh Orde Baru dengan ditutupnya akses menuju pilihan yang berbeda. Kita harus sama dengan pemerintah, kita harus setuju dan menyamakan suara. Jika suara kita sumbang sedikit, penjara adalah satu tempat yang menunggu kita. Dalam situasi tersebut kita akan berada dalam suasana yang apatis dan putus asa. Mau tak mau kita harus menerima satu-satunya pilihan yang ada. Otak kita beku. Selama 32 tahun kita harus selalu sama dengan pemerintah. Tidak heran jika sampai saat ini pun kebiasaan untuk selalu sama dengan pemerintah masih sulit dihilangkan dalam masyarakat kita. Meskipun sedikit demi sedikit, dengan adanya pilihan yang berbeda masyarakat mulai membuka mata. Masyarakat sudah mulai mau untuk mengeluarkan pendapat yang berbeda. Media massa menjadi makanan sehari-hari. Maka industri media pun ikut berkembang. Ada banyak sekali pilihan media yang bisa menjadi sumber informasi masyarakat. Lagi-lagi kemampuan masyarakat untuk memilih kembali diasah.

Ah…. Aku mencium aroma optimism di sini. Indah sekali. Lalu mengapa kita masih harus takut untuk berbeda?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindari Berbohong dalam Berpolitik: INDEKS KORUPSI PARTAI POLITIK VERSI KPK WATCH: QUALIFIED ATAU ABAL-ABAL?

Akhir-akhir ini banyak beredar di dunia maya Indeks Korupsi Partai Politik yang dibuat oleh semacam lembaga (entah lembaga resmi, entah lembaga dadakan)dengan nama KPK Watch sebagai berikut di bawah. Bagaimana metode perhitungan Indeks Korupsi Partai Politik versi KPK Watch ini? KPK Watch mengambil data jumlah koruptor selama periode 2002-2014 dari laman ICW. Setelah diperoleh angka jumlah koruptor, KPK Watch membagi angka tersebut dengan jumlah suara yang diperoleh pada pemilu 2009. Maka didapatlah angka Indeks Korupsi Partai Politik yang kemudian dipublikasikan via social media. Tentu saja publikasi ini tidak melewati publikasi media cetak dan media elektronik. Mengapa? Entahlah.. kita tidak akan membahas itu. Kita hanya akan membahas bagaimana metoda perhitungan KPK Watch ini dan apa pengaruhnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 ini. Tapi mungkin dari pembahasan ini kita akan paham kenapa Indeks Korupsi Partai Politik yang dikeluarkan KPK Watch ti

Halloooo Indaah :)

Hallo Indah dan semua kawan yang bertanya tentang ulasan saya mengenai Data KPK Watch di Kompasiana ( http://politik.kompasiana.com/2014/04/03/analisa-sederhana-kejanggalan-data-kpkwatch-644252.html ). Sebetulnya saya merasa sangat tidak perlu membuat tulisan ini lagi. Karena jawaban atas tulisan Indah sudah sangat jelas di ulasan saya tersebut. Tapi mungkin Indah dan beberapa kawan yang lain belum bisa memahami kalau saya tidak menerangkannya secara grafis serta dengan contoh-contoh sederhana lainnya. Juga karena saran beberapa kawan ya pada akhirnya saya buat juga. Karena saya bukan anggota Kompasiana, maka saya tidak bisa memberikan komentar di tulisan Indah tsb. Mohon maaf kalau saya menjelaskannya dengan soal cerita matematika sederhana kelas 6 SD. Tidak bermaksud merendahkan dan menyamakan taraf pemahaman dengan anak kelas 6 SD, tapi memang ilmu statistik yang saya gunakan bukan ilmu statistik yang rumit, hanya ilmu statistik sederhana dan perbandingan sederhana yang ada di pel

JIKA AKU SHOLAT, SEHARUSNYA AKU JADI SEORANG MUSLIM YANG SEPERTI APA? (II)

Pada tulisan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa 3 ritual awal sholat: wudhu, takbiratul ihram dan iftitah jika dilakukan dengan menyelami maknanya maka akan mengantarkan kita ke dalam 2 kondisi:  1. Pengendalian ketergantungan diri pada kemelekatan duniawi 2. Pengendalian ego Jika setelah berwudhu kita bisa melepaskan diri dari kemelekatan duniawi, lalu setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah kita sudah bisa menihilkan ego, maka itu berarti kita siap untuk masuk ke tahap selanjutnya dalam sholat: berdialog dengan Allah lewat surat Al Fatiha. Tanpa masuk ke dalam 2 kondisi di atas, kita tidak akan bisa berdalog dengan Allah. Bacaan-bacaan Al Fatiha kita menjadi meaningless... tanpa makna, dan tidak akan membekas apa-apa dalam kehidupan kita.  Jika kita sudah siap, mari kita mencoba masuk dalam tahap berdialog dengan Allah. Bagi sebagian orang, bisa berdialog dengan Allah adalah sesuatu yang sangat didambakan. Bagaimana tidak.. Sebagian kita berharap bisa berdialog da