Langsung ke konten utama

History of Tomorrow

"History of Tomorrow" pertama kali digelontorkan oleh Tibor Mende. Ali Syariati terpesona oleh istilah ini. Maka dia pun merumuskannya dengan sebuah kerucut. Kerucut tersebut dibagi menjadi 3. Yang paling atas –bagian yang paling sedikit- adalah tempat dimana para genius, penemu, pemikir berada. Dibawahnya, bagian pertengahan adalah tempat kaum terpelajar. Sedangkan yang paling bawah, bagian yang paling banyak adalah masyarakat pada umumnya. Di mana-mana kaum superior (pemikir, penemu dan para genius) selalu menjadi bagian masyarakat yang paling sedikit.

Ali Syariati menggunakan kerucut ini untuk menganalisa setiap zaman. Pada abad pertengahan, agama menempati puncak superior. Kaum ini selalu berjuang yang bahkan dapat mengorbankan nyawanya agar diterima oleh kaum terpelajar. Sebelumnya pandangan terhadap agama masih terasing. Lalu para pendeta memperjuangkan agar agama diterima di masyarakat. Dan ketika para pendeta tersebut mulai berhasil, kerucut itu bergeser. Agama kemudian menjadi nilai mati, tidak terbantahkan. Hingga akhirnya muncullah kaum superior baru yang memperjuangkan ilmu pengetahuan agar diterima oleh kaum terpelajar yang ketika itu dipegang oleh para pendeta. Mereka adalah para ilmuwan termasuk Leonardo Da Vinci, Galileo dan kawan-kawannya. Karena tak ada posisi tawar menawar, terkadang, tiang gantungan dan mata pisau menanti kaum superior ini karena pendapatnya yang bertentangan dengan kaum di bawahnya. Namun, semakin lama posisi puncak ini pun kembali bergeser, Pendapat para ilmuwan ini akhirnya diterima oleh masyarakat terpelajar. Begitulah seterusnya.

Maka dengan kerucut ini pula Ali Syariati meramalkan bahwa yang menduduki puncak setelah ilmuwan bergeser ke tingkat ke bawahnya kaum meta agama (ini istilah yang dibuat oleh Syariati sendiri). Meta agama memadukan antara ilmu pengetahuan dan agama. (beberapa puluh tahun setelah Syariati syahid hal ini terbukti. Harun Yahya salah satunya yang memadukan ilmu pengetahuan sebagai pembuktian terhadap Islam, selebihnya ada Albert Einstein, Stephen Hawking dll bahkan meta agama saat ini terasa kian menjamur, yang artinya sudah masuk ke dalam posisi kaum terpelajar).

Dari sini Syariati menarik sebuah benang merah bahwa setiap budaya memiliki 2 sifat umum pertama: jauh di masa lalunya, sebuah budaya selalu memiliki zaman keemasan yang ditandai dengan keadilan, kedamaian, ketenangan dan cinta. Namun seiring berlalunya waktu zaman keemasan ini akan diikuti dengan kerusakan, kegelapan dan kelaliman. Kedua, setelah masa kehancuran ini maka akan ada sebuah revolusi besar yang membawa peradaban tersebut kembali ke zaman keemasan.

Terasa sekali aura optimisme dalam pendapat ini (hal ini juga berkaitan terhadap optimisme Ali Syariati sebagai seorang Syiah dalam menanti datangnya Imam Mahdi). Satu kata kunci adalah perubahan. Perubahan dari gelap menuju terang, kemudian gelap untuk kembali menuju terang.
Lalu apakah yang berperan dalam sebuah perubahan masyarakat? Ada beberapa pendapat mengenai hal ini. Ada yang mengutarakan bahwa faktor kebetulan bisa menjadi sebuah pemicu perubahan masyarakat. Ada juga yang mengatakan pengaruh hukum alam menjadi faktor penentu perubahan itu. Pendapat ketiga adalah tokoh. Bagaimana dengan Islam sendiri? Menurut Syariati, yang berperan dalam perubahan umat Islam bukanlah tokoh. Al Quran menurut penafsiran Syariati menekankan bahwa Muhammad hanyalah sebagai utusan/penyampai risalah. Nabi tidak bertanggung jawab atas perubahan umat. Apakah ketika umat menjadi menyimpang hal tersebut menjadi tanggung jawab Nabi? Tidak. Perubahan umat adalah hasil dari Risalah yang disampaikan Nabi. Maka ada atau tidak ada Nabi, perubahan umat pasti akan berlangsung. Risalah-lah yang menentukan kemana perubahan itu akan terjadi. Apabila Risalah berada pada tempat yang benar maka dapat dipastikan perubahan masyarakat akan mengarah kembali ke zaman keemasannya. Lalu selanjutnya, siapakah yang akan menggiring perubahan itu? Meta Agama. Maka ketika sebelumnya ilmu sudah menempatkan moral jauh dibawah kaki kita, dan ketika Meta Agama mulai terlihat, berusahalah untuk menggapai zaman keemasan itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindari Berbohong dalam Berpolitik: INDEKS KORUPSI PARTAI POLITIK VERSI KPK WATCH: QUALIFIED ATAU ABAL-ABAL?

Akhir-akhir ini banyak beredar di dunia maya Indeks Korupsi Partai Politik yang dibuat oleh semacam lembaga (entah lembaga resmi, entah lembaga dadakan)dengan nama KPK Watch sebagai berikut di bawah. Bagaimana metode perhitungan Indeks Korupsi Partai Politik versi KPK Watch ini? KPK Watch mengambil data jumlah koruptor selama periode 2002-2014 dari laman ICW. Setelah diperoleh angka jumlah koruptor, KPK Watch membagi angka tersebut dengan jumlah suara yang diperoleh pada pemilu 2009. Maka didapatlah angka Indeks Korupsi Partai Politik yang kemudian dipublikasikan via social media. Tentu saja publikasi ini tidak melewati publikasi media cetak dan media elektronik. Mengapa? Entahlah.. kita tidak akan membahas itu. Kita hanya akan membahas bagaimana metoda perhitungan KPK Watch ini dan apa pengaruhnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 ini. Tapi mungkin dari pembahasan ini kita akan paham kenapa Indeks Korupsi Partai Politik yang dikeluarkan KPK Watch ti

JIKA AKU SHOLAT, SEHARUSNYA AKU JADI SEORANG MUSLIM YANG SEPERTI APA? (II)

Pada tulisan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa 3 ritual awal sholat: wudhu, takbiratul ihram dan iftitah jika dilakukan dengan menyelami maknanya maka akan mengantarkan kita ke dalam 2 kondisi:  1. Pengendalian ketergantungan diri pada kemelekatan duniawi 2. Pengendalian ego Jika setelah berwudhu kita bisa melepaskan diri dari kemelekatan duniawi, lalu setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah kita sudah bisa menihilkan ego, maka itu berarti kita siap untuk masuk ke tahap selanjutnya dalam sholat: berdialog dengan Allah lewat surat Al Fatiha. Tanpa masuk ke dalam 2 kondisi di atas, kita tidak akan bisa berdalog dengan Allah. Bacaan-bacaan Al Fatiha kita menjadi meaningless... tanpa makna, dan tidak akan membekas apa-apa dalam kehidupan kita.  Jika kita sudah siap, mari kita mencoba masuk dalam tahap berdialog dengan Allah. Bagi sebagian orang, bisa berdialog dengan Allah adalah sesuatu yang sangat didambakan. Bagaimana tidak.. Sebagian kita berharap bisa berdialog da

Halloooo Indaah :)

Hallo Indah dan semua kawan yang bertanya tentang ulasan saya mengenai Data KPK Watch di Kompasiana ( http://politik.kompasiana.com/2014/04/03/analisa-sederhana-kejanggalan-data-kpkwatch-644252.html ). Sebetulnya saya merasa sangat tidak perlu membuat tulisan ini lagi. Karena jawaban atas tulisan Indah sudah sangat jelas di ulasan saya tersebut. Tapi mungkin Indah dan beberapa kawan yang lain belum bisa memahami kalau saya tidak menerangkannya secara grafis serta dengan contoh-contoh sederhana lainnya. Juga karena saran beberapa kawan ya pada akhirnya saya buat juga. Karena saya bukan anggota Kompasiana, maka saya tidak bisa memberikan komentar di tulisan Indah tsb. Mohon maaf kalau saya menjelaskannya dengan soal cerita matematika sederhana kelas 6 SD. Tidak bermaksud merendahkan dan menyamakan taraf pemahaman dengan anak kelas 6 SD, tapi memang ilmu statistik yang saya gunakan bukan ilmu statistik yang rumit, hanya ilmu statistik sederhana dan perbandingan sederhana yang ada di pel