Langsung ke konten utama

PROBLEM KEJAHATAN dan FREE WILL




Problem Kejahatan yang merupakan pertanyaan paradoksial pertama kali diajukan oleh Epicuros (341-270SM). Disebut juga Trilema Epicuros:

Tuhan, katanya ingin menghilangkan kejahatan tetapi tidak dapat. Atau Ia dapat tetapi tidak berniat. Atau Ia tidak berniat dan tidak dapat, atau Ia berniat dan dapat. Jika Ia berniat dan tidak dapat.. Ia lemah, yang tidak sesuai dengan sifat Tuhan. Jika Ia dapat dan tidak berniat... ia dengki, yang juga berbeda dengan sifat Tuhan. Jika Ia tidak berniat dan tidak dapat,.. Ia dengki dan lemah, sehingga bukan Tuhan. Jika Ia berniat dan dapat, yang sesuai dengan Tuhan, maka dari manakah kejahatan? Atau kenapa Ia tidak menghilangkannya?

Pertanyaan paradoksial ini kemudian ditegaskan oleh David Hume dalam Dialogues Concerning Natural Religion (1779). Dan menjadi problem yang dijadikan salah satu alasan utama oleh kaum Atheis untuk menolak keberadaan Tuhan.

Berbagai argumen untuk menjawab Problem Kejahatan ini pernah diajukan oleh para filsuf di antaranya:Thomas Aquinas, Leibniz, Agustinus, dan Irenaeus.

Teodisi Agustinus menyatakan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan menciptakan dunia dengan kesempurnaan. Namun manusialah yang menyimpang kemudian melahirkan kejahatan dan penderitaan.

Sementara Teodisi Irenaeus menyatakan free wiil dan potensi-potensi yang dimiliki manusialah yang menyebabkan peluang terjadinya kejahatan dan penderitaan. Free will dan potensi-potensi itulah yang merupakan bekal manusia untuk berproses mencapai kesempurnaan. 


Problem Kejahatan dalam Teologi Islam

Penderitaan di dunia disebabkan oleh 2 hal: natural/alam seperti bencana alam, dan penderitaan yang ditimbulkan oleh manusia itu sendiri (kejahatan). Dalam Islam, sebelum Adam diciptakan sebagai manusia Tuhan menawarkan satu amanah kepada makhluk-makhluk yang ada di dunia. Di antaranya kepada gunung-gunung dan makhluk lainnya. Tak ada yang bersedia menerima amanah itu. Hanya manusia yang berani menanggungnya. Amanah itu adalah free will. 

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (QS Al Ahzab ; 72)

Menerima free will berarti manusia bersedia untuk memilih antara kebaikan atau keburukan/kejahatan. Free will melahirkan konsekuensi dari pilihan yang kelak akan diambil oleh manusia. Selain dosa, konsekuensi lain Free Will jika manusia lebih memilih keburukan dan kejahatan adalah penderitaan. Tidak ada makhluk yang berani menerima konsekuensi yang diakibatkan oleh Free Will.. selain manusia. Dan karena inilah maka kedudukan manusia menjadi lebih istimewa dibandingkan makhluk lainnya.

Hewan tidak memiliki Free Will. Segala gerakan dan tindakan hewan hanya berdasarkan insting, dan itu sudah ditetapkan oleh Tuhan. Malaikat tidak memiliki Free Will. Karena itu malaikat selalu tunduk dan taat pada Tuhan. Semua tindakannya sudah ditetapkan oleh Tuhan. Manusia berbeda. Manusia bisa bebas memilih segala tindakannya. Apakah akan bertindak baik atau sebaliknya.

Namun Free Will ini tidak diberikan Tuhan tanpa modal awal. Modal pertama adalah Ruh-Nya yang ditiupkan langsung oleh Tuhan. 

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur (QS As Sajdah : 9)

Sedangkan modal kedua adalah akal, dan modal ketiga adalah petunjuk-Nya.. baik berupa kitab suci maupun petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh para Rasul dan ulama.

Ruh-Nya yang ditiupkan kepada manusia melahirkan fitrah manusia yang selalu mengarah pada kebaikan. Ruh-Nya dan Free Will yang dimiliki oleh manusia inilah yang membuat kedudukan manusia lebih tinggi dibandingkan makhluk lainnya. Sehingga dipercaya untuk menjadi khalifah di muka bumi.

Peristiwa ketika Adam melanggar larangan Tuhan dengan memakan buah terlarang adalah uji coba free will yang pertama. Tuhan tahu apa yang akan dipilih oleh Adam ketika itu. Apakah akan menaati-Nya atau melanggar perintahnya. Tetapi Tuhan memang tidak mencegah Adam melakukan pelanggaran yang kemudian melahirkan penderitaan penyesalan bagi Adam sendiri.. penderitaan manusia yang pertama. Karena memang seperti itulah hakikat Free Will. Tuhan tidak mencegahnya. Tuhan hanya memberikan petunjuk tentang larangan itu. Selebihnya Adam dan manusia sendiri yang memilih apakah akan mengikuti petunjuk-Nya atau tidak.. berikut konsekuensinya.

Artinya dalam teologi Islam, potensi kejahatan manusia sesungguhnya adalah pilihan manusia itu sendiri. Dan dengan pilihannya (Free Will) itulah justru manusia akan mencapai kesempurnaan (Insan Kamil) jika ia dapat mengendalikan akal dan nafsu dalam dirinya.


Problem Kejahatan Dalam Teodisi

Secara singkat, Teodisi adalah upaya-upaya logis untuk menjawab Problem Kejahatan.

Seperti yang telah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya, sumber penderitaan ada 2: yang pertama alam, yang kedua manusia itu sendiri. Sebelum manusia diciptakan di muka bumi, makhluk-makhluk yang ada di muka bumi ketika itu sudah mengenal penderitaan yang berasal dari alam dan hukum alam. Ada peristiwa bencana alam, ada peristiwa makan dan dimakan. Namun semua itu terjadi untuk keseimbangan alam. 

Bencana alam timbul karena hukum alam untuk mencapai keseimbangan. Dan hukum alam ini lahir akibat dari adanya kebutuhan dan interaksi 2 makhluk. Bisa interaksi makhluk yang sejenis, atau makhluk yang berlainan jenis. 

Misalnya gempa bumi tektonik. Gempa bumi tektonik timbul karena interaksi 2 lempeng bumi yang saling bertumbukan. Dari peristiwa tumbukan 2 lempeng ini selanjutnya salah satu lempeng memiliki kebutuhan melepaskan energi untuk mempertahankan keberadaannya. Peristiwa inilah yang menjadi gempa bumi dan melahirkan penderitaan bagi makhluk yang tinggal di atas lempeng tersebut.

Contoh lain adalah peristiwa makan dan dimakan antara katak-ular. Ada interaksi antara 2 makhluk. Ular memakan katak untuk mempertahankan keberadaan dirinya. Meskipun Tuhan tahu dan mengijinkan peristiwa makan dan dimakan ini, tapi katak tidak dibiarkan oleh Tuhan pasrah begitu saja. Ada potensi yang diberikan Tuhan kepada katak untuk melindungi dirinya sendiri dari terkaman ular. Bisa dengan melompat setinggi-tingginya, atau dengan racun yang ada dalam dirinya.

Jadi, tanpa adanya penderitaan yang ditimbulkan oleh kejahatan manusia, alam itu sendiri bisa melahirkan penderitaan untuk mencapai keseimbangan alamnya. Tetapi semua makhluk yang diciptakan oleh Tuhan memiliki cara dan metode masing-masing yang diberikan oleh Tuhan untuk menghindari penderitaan.

Dan seperti itu jugalah interaksi yang terjadi pada manusia. Penderitaan dan kejahatan lahir sebagai akibat karena adanya interaksi antara manusia-manusia, manusia-makhluk lainnya dan manusia-alam. Kejahatan lahir karena adanya interaksi antar manusia. Tetapi harus disadari bahwa tanpa interaksi itu sendiri manusia dan semua makhluk Tuhan akan menderita. Karena semua makhluk Tuhan memiliki kebutuhan. 

Jika Adam hidup sendiri tanpa Hawa, dia akan menderita. Jika Adam hidup sendiri tanpa makhluk lainnya, dia juga akan menderita dan tidak bisa bertahan hidup. Begitu juga dengan ular. Jika tidak ada katak, ular tidak bisa bertahan hidup. Jika ia hidup sendiri tanpa ular lainnya, ia akan punah. Tumbuhan pun seperti itu. Tumbuhan memiliki kebutuhan untuk hidup bersama dengan tumbuhan lainnya untuk berkembang biak. Tumbuhan juga memiliki kebutuhan terhadap hewan-hewan yang memberikannya CO2 untuk proses fotosintesa. 

Maka semua makhluk memiliki kebutuhan. Memiliki kebutuhan adalah salah satu fitrah makhluk. Berbeda dengan Tuhan, hanya Tuhan yang tidak memiliki kebutuhan. Dari kebutuhan untuk mempertahankan diri itu timbul interaksi antar makhluk. Dan dari interaksi itulah timbul penderitaan.

Pada manusia, karena manusia memilih untuk memiliki free will maka manusia diberikan akal untuk bisa mengendalikan dirinya agar dapat menghindari kejahatan.

Jadi... menjawab Problem Kejahatan Epicuros, Tuhan tahu bahwa potensi kejahatan itu dimiliki manusia. Tuhan juga mengijinkan manusia melakukan kejahatan berikut konsekuensinya karena manusia sendiri yang memilih untuk memiliki Free Will. Tetapi  Tuhan tidak membiarkan begitu saja kejahatan itu terjadi. Semua makhluk ciptaannya diberikan berbagai potensi untuk menghindari dan mengatasi penderitaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindari Berbohong dalam Berpolitik: INDEKS KORUPSI PARTAI POLITIK VERSI KPK WATCH: QUALIFIED ATAU ABAL-ABAL?

Akhir-akhir ini banyak beredar di dunia maya Indeks Korupsi Partai Politik yang dibuat oleh semacam lembaga (entah lembaga resmi, entah lembaga dadakan)dengan nama KPK Watch sebagai berikut di bawah. Bagaimana metode perhitungan Indeks Korupsi Partai Politik versi KPK Watch ini? KPK Watch mengambil data jumlah koruptor selama periode 2002-2014 dari laman ICW. Setelah diperoleh angka jumlah koruptor, KPK Watch membagi angka tersebut dengan jumlah suara yang diperoleh pada pemilu 2009. Maka didapatlah angka Indeks Korupsi Partai Politik yang kemudian dipublikasikan via social media. Tentu saja publikasi ini tidak melewati publikasi media cetak dan media elektronik. Mengapa? Entahlah.. kita tidak akan membahas itu. Kita hanya akan membahas bagaimana metoda perhitungan KPK Watch ini dan apa pengaruhnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 ini. Tapi mungkin dari pembahasan ini kita akan paham kenapa Indeks Korupsi Partai Politik yang dikeluarkan KPK Watch ti

JIKA AKU SHOLAT, SEHARUSNYA AKU JADI SEORANG MUSLIM YANG SEPERTI APA? (II)

Pada tulisan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa 3 ritual awal sholat: wudhu, takbiratul ihram dan iftitah jika dilakukan dengan menyelami maknanya maka akan mengantarkan kita ke dalam 2 kondisi:  1. Pengendalian ketergantungan diri pada kemelekatan duniawi 2. Pengendalian ego Jika setelah berwudhu kita bisa melepaskan diri dari kemelekatan duniawi, lalu setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah kita sudah bisa menihilkan ego, maka itu berarti kita siap untuk masuk ke tahap selanjutnya dalam sholat: berdialog dengan Allah lewat surat Al Fatiha. Tanpa masuk ke dalam 2 kondisi di atas, kita tidak akan bisa berdalog dengan Allah. Bacaan-bacaan Al Fatiha kita menjadi meaningless... tanpa makna, dan tidak akan membekas apa-apa dalam kehidupan kita.  Jika kita sudah siap, mari kita mencoba masuk dalam tahap berdialog dengan Allah. Bagi sebagian orang, bisa berdialog dengan Allah adalah sesuatu yang sangat didambakan. Bagaimana tidak.. Sebagian kita berharap bisa berdialog da

Halloooo Indaah :)

Hallo Indah dan semua kawan yang bertanya tentang ulasan saya mengenai Data KPK Watch di Kompasiana ( http://politik.kompasiana.com/2014/04/03/analisa-sederhana-kejanggalan-data-kpkwatch-644252.html ). Sebetulnya saya merasa sangat tidak perlu membuat tulisan ini lagi. Karena jawaban atas tulisan Indah sudah sangat jelas di ulasan saya tersebut. Tapi mungkin Indah dan beberapa kawan yang lain belum bisa memahami kalau saya tidak menerangkannya secara grafis serta dengan contoh-contoh sederhana lainnya. Juga karena saran beberapa kawan ya pada akhirnya saya buat juga. Karena saya bukan anggota Kompasiana, maka saya tidak bisa memberikan komentar di tulisan Indah tsb. Mohon maaf kalau saya menjelaskannya dengan soal cerita matematika sederhana kelas 6 SD. Tidak bermaksud merendahkan dan menyamakan taraf pemahaman dengan anak kelas 6 SD, tapi memang ilmu statistik yang saya gunakan bukan ilmu statistik yang rumit, hanya ilmu statistik sederhana dan perbandingan sederhana yang ada di pel