Tulisan ini dibuat bukan karena penulisnya sudah berhasil menjadi muslim yang ideal dengan sholat yang dilakukannya. Sama sekali bukan. Sebaliknya.. tulisan ini dibuat justru agar penulisnya memiliki acuan bagaimana seharusnya ia hidup dan berjalan di muka bumi ini jika ia mendirikan sholat 5x sehari. Dan agar penulis bisa memiliki acuan untuk memperbaiki kualitas sholatnya.
Diawali dari pertanyaan.. "Kenapa sih ada orang yang rajin sholat 5 waktu.. rajin puasa sunnah.. tapi tetap melakukan korupsi atau maksiat? Lalu bagaimana seharusnya karakter orang yang melakukan sholat 5 kali dalam sehari itu?"
“Permisalan salat yang lima waktu itu seperti sebuah sungai yang mengalir melimpah di dekat pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali.” Al Hasan berkata: “Tentu tidak tersisa kotoran sedikit pun (di badannya).” [HR. Muslim no. 668]
Tetapi sholat tidak hanya semata-mata sebagai pembersih dosa saja. Terutama karena kita mengenal sholat sebagai tiang agama. Ibarat sebuah proses dalam pendidikan, setiap proses dalam sholat dapat membentuk karakter baru seorang muslim menjadi lebih baik. Dengan karakter baru tersebut, seseorang tidak hanya bersih dari dosa karena 'ia mandi 5x sehari', tetapi karena karakter yang dibentuk oleh sholat akan membuat seorang muslim selalu menghindari melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Artinya, sholat tidak hanya membersihkan dosa, tetapi juga mencegah berbuat dosa "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar." (QS. Al Ankabut: 45)
Tentu saja tidak semua muslim bisa berhasil menjadi karakter ideal seperti yang diharapkan: menjadi insan kamil. Sama halnya tidak semua murid yang belajar di sekolah bisa lulus dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Jika sholat adalah sebuah proses pelatihan diri seorang muslim bagaimana sholat dapat membentuk karakter baru tersebut? Kita coba telaah satu per satu.
1. Wudhu
Secara umum wudhu berarti bersuci dari hadats kecil. Tetapi wudhu adalah proses awal yang wajib kita jalani sebelum melakukan sholat. Maka lebih jauh lagi, bila kita khusyuk dalam berwudhu, berarti kita membersihkan batin dan pikiran kita dari semua kemelekatan-kemelekatan duniawi. Setiap membasuh anggota tubuh yang terkena air wudhu, kita berdoa dan niatkan untuk membersihkannya dari segala urusan duniawi. Kita sucikan karena kita akan berangkat menghadap Allah.
Ketika membasuh tangan saat berwudhu, kita niatkan agar tangan kita bersih dari hal-hal yang terkait dengan dunia.. maka setelah wudhu jangan lagi memegang dan membuka HP. Niatkan tangan kita hanya untuk memegang segala yang berkaitan dengan sholat kita nanti. Atau ketika kita membasuh rambut, kita niatkan untuk membersihkan dan melepaskan pikiran-pikiran kita dari segala urusan dunia dan kuatkan niat agar pikiran kita hanya tertuju pada Allah saat sholat nanti. Pun ketika kita membasuh telinga niatkan agar telinga kita tidak lagi mendengarkan segala urusan-urusan dunia. Begitu seterusnya dalam setiap bagian dan rukun wudhu.
"Kunci salat adalah bersuci, memulainya dengan takbir, dan mengakhirinya dengan salam." (HR. Abu Daud 61, Turmudzi 3, & disahihkan al-Albani).
Dalam sholat seringkali kita mengalami kesulitan untuk khusyuk. Berbagai urusan-urusan duniawi melintas begitu saja dalam pikiran kita ketika sholat. Jika wudhu kita berhasil membersihkan batin dan pikiran dari kemelekatan duniawi, semakin lama kita akan semakin terlatih mengendalikan batin dan pikiran kita. Kapan kita harus memikirkan urusan duniawi, kapan kita harus melepaskannya... semua itu sudah bisa kita kendalikan jika kita berhasil lulus dalam proses ini. Artinya, bukan urusan-urusan duniawi yang mengendalikan batin dan pikiran kita, tapi kitalah yang memegang kendali terhadapnya.
2. Takbiratul Ihram.
Takbiratul Ihram adalah takbir yang pertama kali dan menjadi pembuka sholat. Ketika kita mengucapkan Allahu Akbar (Allah Maha Besar) untuk pertama kali dalam sholat, maka kita mengakui kebesaran Allah. Mengucapkan takbir harus disertai dengan kesadaran bahwa kita hanyalah setitik debu di hadapan Allah. Sangat kecil sehingga tidak ada artinya.
Maka ketika melakukan takbiratul ihram, runtuhkanlah ego kita sebagai manusia. Seringkali yang terjadi adalah sebaliknya, ketika kita mengucapkan takbir malah kita sendiri yang merasa besar, ego kita justru semakin membesar. Jika benar-benar menyadari ke-Maha Besar-an Allah, apa masih sanggup kita membawa ego kita ketika menghadap Allah SWT? Dan bagaimana mungkin kita bisa menghadap Allah SWT jika kita masih membesarkan ego diri? Hanya dengan keadaan diri sendiri yang sudah zero ego kita baru bisa dapat menghadap Allah. Tanpa itu, ibadah sholat kita hanya ritual gerakan-gerakan fisik semata.
Seandainya semua umat muslim menyadari makna takbiratul ihram ini, kita tidak lagi dikendalikan oleh ego. Sebaliknya secara sadar kita bisa mengendalikan ego kita.
3. Iftitah
Bacaan iftitah adalah bacaan di antara takbiratul ihram dan surat Al Fatiha.. Ada berbagai macam bacaan iftitah. Tetapi bacaan yang biasa digunakan pada umumnya adalah
a. Tiga kalimat di awal doa iftitah: takbir "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar), tahmid: "Alhamdulillah" (Segala puji bagi Allah), dan tasbih: "Subhanallah" (Maha Suci Allah) di awal shalat bagi saya adalah kelanjutan takbiratul ihram untuk meruntuhkan ego kita sebagai manusia. Tiga kalimat ini kita baca bukan untuk membesarkan dan menyucikan Allah. Tanpa kita baca ketiga kalimat itu pun Allah sudah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, sudah Maha Suci, dan sudah terpuji dengan sebanyak-banyaknya pujian. Jadi ketiga bacaan tersebut kita ucapkan untuk menyadarkan diri kita akan posisi kita sebenarnya di hadapan Allah.
"Allah Maha Besar" mengantarkan kita pada kesadaran bahwa kita ini sangat kecil di hadapan Allah.
"Segala Puji Bagi Allah" mengantarkan kita pada kesadaran bahwa hanya Allah-lah yang layak atas segala pujian di dunia ini. Termasuk pujian yang dialamatkan untuk diri kita, hanya Allah yang layak untuk pujian itu. Jadi ketika kita dipuji, disarankan untuk mengucapkan "Alhamdulillah".. itu sebagai ungkapan bahwa Allah-lah yang berhak atas pujian itu, bukan kita. Dan karena hanya Allah yang layak atas segala pujian di dunia ini, maka tidak layak bagi kita untuk mabuk pujian hingga merasa sudah hebat, merasa sombong yang akhirnya hanya akan membesarkan ego diri kita.
"Maha Suci Allah" mengantarkan kita pada kesadaran bahwa Allah-lah yang Maha Suci. Tidak layak bagi kita sebagai manusia untuk merasa menjadi yang paling suci, merasa tak ada dosa, merasa selalu lebih baik dari yang lain. Sebaliknya.. sebagai seorang makhluk yang tidak pernah lepas dari kesalahan, kalimat tasbih ini harus selalu mendorong kita untuk membersihkan hati dan pikiran kita.
Dan dengan ketiga kalimat yang sebelumnya diawali takbiratul ihram itulah kita menihilkan ego kita untuk bisa menghadap Allah SWT.
b. "Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan atau dalam keadaan tunduk, dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya."
Setelah kita bisa menihilkan ego, barulah kita dapat memulai sholat dengan khusyuk. Dimulai dengan menghadapkan diri, batin dan pikiran kita hanya kepada Allah SWT, serta mengikrarkan kepatuhan dan ketundukan diri hanya kepada-Nya. Ikrar kepatuhan dan ketundukan ini merupakan ikrar penghambaan diri kepada Allah SWT. Bahwa ketika kita melaksanakan sholat posisi kita adalah sebagai seorang hamba yang akan menghadap pada Tuhannya. Ikrar ini kemudian ditekankan kembali dengan kalimat berikutnya.
c. "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam, yang tidak ada sekutu bagi-Nya."
Pernyataan ketundukan dan kepatuhan kepada Allah dinyatakan kembali dengan ikrar bahwa segala yang kita lakukan baik sholat, ibadah, hidup dan mati kita hanya untuk Allah SWT.
Ikrar yang berujung pada tauhid ini pada hakikatnya adalah pernyataan kemerdekaan diri seorang muslim. Ini adalah kemerdekaan yang hakiki. Bahwa diri kita sebagai muslim melepaskan diri dari segala ketergantungan terhadap dominasi pihak/hal lain selain Allah SWT. Bahwa semua yang dilakukan sebagai seorang muslim kita lakukan hanya untuk Allah SWT, bukan untuk yang lain.
Jika kita sudah menyadari akan ikrar ini, maka kita akan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari meskipun kita tidak dalam keadaan sholat. Segala yang kita lakukan selalu diniatkan untuk Allah SWT. Kita akan selalu mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Wudhu, Takbiratul Ihram, dan Bacaan Iftitah adalah tahapan awal untuk menuju Allah SWT. Wudhu untuk melepaskan diri dari segala urusan dan kemelekatan dunia, sedangkan Takbiratul Ihram dan Iftitah untuk menihilkan ego kita. Setelah 3 ritual ini dilewati barulah kita masuk ke ritual berikutnya: menghadap, berdialog dan mendekat pada Allah.
Tiga ritual awal ini saja seharusnya sudah bisa mencegah manusia dari perbuatan keji dan dosa. Ritual-ritual selanjutnya tidak hanya mencegah manusia dari perbuatan keji dan dosa, tetapi juga mengantarkan manusia untuk lebih dekat kepada Sang Khalik..
.. (Bersambung)
Komentar
Posting Komentar