Ada 2 kisah ketika Allah menegur Nabi Musa. Kisah-kisah ini sepertinya mengandung irisan bawang bombay sehingga sukses bikin melting berhari-hari.
Kisah pertama..
Dalam hadits qudsi, Allah SWT berbicara kepada nabi Musa AS.
"Wahai hamba Ku... aku lapar, tapi kenapa kalian tak memberi Aku makan,
Aku haus, tapi kenapa kalian tak beri Aku minum,
Aku susah, tapi kenapa kalian tak mengunjungi-Ku"
Ketika nabi Musa bertanya,
"Ya Rabb... di mana aku bisa menemui-Mu?"
Kemudian Allah SWT berfirman:
"Barang siapa yang ingin menemui-Ku, maka temuilah mereka yang kehausan, mereka yang kelaparan, dan mereka yang kesusahan. Karena sesungguhnya Aku bersamanya."
Allah SWT menambahkan firman-Nya:
"Ketahuilah, tidaklah sampai cinta-Ku kecuali kalian mencintai sesama. Tidaklah sampai pelayanan-Ku, kecuali kalian sudi melayani sesama."
Aku haus, tapi kenapa kalian tak beri Aku minum,
Aku susah, tapi kenapa kalian tak mengunjungi-Ku"
Ketika nabi Musa bertanya,
"Ya Rabb... di mana aku bisa menemui-Mu?"
Kemudian Allah SWT berfirman:
"Barang siapa yang ingin menemui-Ku, maka temuilah mereka yang kehausan, mereka yang kelaparan, dan mereka yang kesusahan. Karena sesungguhnya Aku bersamanya."
Allah SWT menambahkan firman-Nya:
"Ketahuilah, tidaklah sampai cinta-Ku kecuali kalian mencintai sesama. Tidaklah sampai pelayanan-Ku, kecuali kalian sudi melayani sesama."
Bagaimana hati tidak meleleh membaca kisahnya.. ketika Allah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Agung menurunkan diriNya sejajar seperti manusia untuk menekankan kepada kita manusia agar mencintai sesama.. melayani sesama..
Karena Allah bersedia merendahkan diriNya hanya agar manusia bisa menghargai dan mengasihi sesama manusia,.. itu semua menunjukkan bahwa hablumminallah tidak akan tercapai jika habluminannas kita rusak. Tidak akan sampai hubungan kita kepada Allah jika kita merusak hubungan pada sesama manusia "Ketahuilah, tidaklah sampai cinta-Ku kecuali kalian mencintai sesama."
Bagaimana Allah bisa mencintai kita jika kita memutus silaturrahmi kepada sesama manusia?
Bagaimana Allah mencintai kita jika kita menyakiti sesama?
Bagaimana Allah mencintai kita jika kita tidak peduli pada sesama?
Betapa besar Rahman dan Rahim-Nya sehingga Dia baru mencintai hamba-Nya jika hamba-Nya itu mencintai sesama manusia..
Segala puji bagiNya...
Bagaimana Allah mencintai kita jika kita menyakiti sesama?
Bagaimana Allah mencintai kita jika kita tidak peduli pada sesama?
Betapa besar Rahman dan Rahim-Nya sehingga Dia baru mencintai hamba-Nya jika hamba-Nya itu mencintai sesama manusia..
Segala puji bagiNya...
Tetapi bagaimana sikap kita kepada manusia yg dzalim, kafir, bebal..?
Kisah kedua ketika Allah menegur Musa a.s sukses mengantarkan mata ini pada irisan bawang bombay yang lebih dahsyat..
Dikutip dari "Musyawarah Burung" karya seorang sufi besar Fariduddin Attar.
TUHAN MENEGUR MUSA
Suatu hari Tuhan bersabda pada Musa,
"Qarun sambil tersedu menyeru kau tujuh kali dan kau tak menjawab. Kalau ia menyeru aku demikian sekali saja, maka akan kurebut hatinya dari lubang penjara kemusyrikan dan kusalut dadanya dengan pakaian keimanan. O Musa Kau telah menyebabkannya binasa dengan seratus kepedihan, kau telah melontarkannya ke dalam tanah dengan keaiban. Seandainya kau khaliknya, kau tentu tak akan sekeras itu terhadapnya."
Segala puji bagiNya
Ya Rahman...
Ya Rahim...
Sebegitu besar kasih sayang-Nya, bahkan untuk seorang Qarun yang sombong dan melampaui batas pun Allah menegur Musa a.s.
Betapa tipisnya batas azab Allah dengan kasih sayang-Nya. Kitalah manusia yang seringkali ikut melampaui batas dengan mengambil wewenang-Nya untuk menentukan mana azab Allah dan mana rahmat-Nya.
Lalu apakah kita sebagai manusia masih mengira bisa menempuh perjalanan kepada-Nya dengan menebarkan kebencian, keburukan, dan kerusakan terhadap hubungan pada sesama manusia?
Pada seorang Qarun yang kikir, sombong, dan melampaui batas saja Allah berkehendak agar Musa menampakkan kasih sayangnya. Sementara sekarang lihatlah diri kita. Pada sesama muslim saja karena berbeda pemikiran, berbeda pilihan, berbeda keyakinan, berbeda mazhab, berbeda panutan.. kita bisa saling menyakiti.
Apa diri ini tidak merasa malu pada Allah?
Apa diri ini masih memiliki muka meneriakkan keagungan-Nya..?
Dikutip dari "Musyawarah Burung" karya seorang sufi besar Fariduddin Attar.
TUHAN MENEGUR MUSA
Suatu hari Tuhan bersabda pada Musa,
"Qarun sambil tersedu menyeru kau tujuh kali dan kau tak menjawab. Kalau ia menyeru aku demikian sekali saja, maka akan kurebut hatinya dari lubang penjara kemusyrikan dan kusalut dadanya dengan pakaian keimanan. O Musa Kau telah menyebabkannya binasa dengan seratus kepedihan, kau telah melontarkannya ke dalam tanah dengan keaiban. Seandainya kau khaliknya, kau tentu tak akan sekeras itu terhadapnya."
Segala puji bagiNya
Ya Rahman...
Ya Rahim...
Sebegitu besar kasih sayang-Nya, bahkan untuk seorang Qarun yang sombong dan melampaui batas pun Allah menegur Musa a.s.
Betapa tipisnya batas azab Allah dengan kasih sayang-Nya. Kitalah manusia yang seringkali ikut melampaui batas dengan mengambil wewenang-Nya untuk menentukan mana azab Allah dan mana rahmat-Nya.
Lalu apakah kita sebagai manusia masih mengira bisa menempuh perjalanan kepada-Nya dengan menebarkan kebencian, keburukan, dan kerusakan terhadap hubungan pada sesama manusia?
Pada seorang Qarun yang kikir, sombong, dan melampaui batas saja Allah berkehendak agar Musa menampakkan kasih sayangnya. Sementara sekarang lihatlah diri kita. Pada sesama muslim saja karena berbeda pemikiran, berbeda pilihan, berbeda keyakinan, berbeda mazhab, berbeda panutan.. kita bisa saling menyakiti.
Apa diri ini tidak merasa malu pada Allah?
Apa diri ini masih memiliki muka meneriakkan keagungan-Nya..?
Komentar
Posting Komentar