Langsung ke konten utama

MERDEKA (II)


“Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah”

Kata hati manusia pada dasarnya tidak pernah bertentangan dengan Tuhannya. Ya, ruh yang ditiupkanNya menjadikan secara naluriah tujuan manusia adalah Tuhan. Namun terkadang manusia terpenjara oleh belenggu-belenggu keduniawian. Ada belenggu harta kekayaan, belenggu jabatan dan kekuasaan, serta segala hal selain Tuhan yang mendominasi manusia . Jika manusia terpenjara oleh belenggu2 tersebut, manusia tidak akan pernah mencapai tujuannya, yaitu Tuhan.

Untuk itu manusia harus memerdekakan diri dari berbagai belenggu yang memenjarakannya. Hanya dengan memerdekakan dirilah manusia bisa menuju Tuhan.
Kisah Ibrahim dan Ismail adalah kisah manusia yang merdeka seutuhnya. Perintah menyembelih anak yang dicintainya merupakan salah satu ujian Tuhan yang diberikan kepada Ibrahim untuk memerdekakan dirinya. Sebagai Nabi tentunya Ibrahim telah mengalami berbagai ujian yang sangat berat. Dan semua ujian tersebut selalu bisa dilaluinya. Ujian terakhir dan yang terberat adalah membuktikan bahwa tidak ada sesuatupun selain Allah yang mendominasi dan membelenggu dirinya. Membuktikan arti Tauhid yang sebenarnya, dan membuktikan bahwa tidak ada yang lebih dicintainya selain Allah, dan segala perangkat dunia yang dicintainya adalah cinta karena Allah semata. Maka kemudian turunlah perintah tersebut, perintah memerdekakan diri, termasuk memerdekakan diri dari dominasi cinta kepada seorang anak. Perintah untuk menyembelih anak kandungnya sendiri, yang telah lama dinanti-nantikan dan dirindukan. Namun setelah dihadirkan oleh Allah, kemudian Ibrahim harus menyembelihnya, dengan tangannya sendiri. Itulah perintah untuk merdeka. Itulah perintah Tauhid. Memerdekakan dari segala yang membelenggu untuk menuju kepada Tuhan. Memerdekakan diri dari segala sesuatu yang mendominasi diri kecuali Tuhan. Memerdekakan diri dari tuhan-tuhan selain Allah.

Maka setelah Ibrahim dan Ismail melaksanakan perintah Allah tersebut dengan ikhlas, merdekalah keduanya. Tak ada lagi belenggu yang menghalanginya, dan telah sampailah mereka berdua pada tujuannya: Tuhan.

Namun kemerdekaan yang dimaksud bukan berarti meninggalkan urusan dunia sama sekali. Kemerdekaan itu membebaskan diri dari belenggu. Artinya urusan dunia jangan sampai membelenggu manusia untuk mencapai tujuannya yang hakiki. Jika seorang manusia kemudian meninggalkan semua urusan dunia untuk terus menerus beribadah kepada Tuhannya, maka tanpa disadari dia telah membuat belenggu baru yang menghalanginya dari tujuannya semula: ego manusia. Ego? Benarkah meninggalkan semua urusan dunia, meninggalkan anak istri, meninggalkan harta kekayaan untuk terus menerus beribadah kepadaNya adalah sebuah bentuk keegoisan manusia?

Menurutku ya. Sebuah keegoisan manusia yang meninggalkan tanggung jawabnya sebagai manusia hanya untuk mendapatkan pahala bagi dirinya sendiri. Sekaligus sebuah kedangkalan pemikiran ketika beranggapan bahwa beribadah hanyalah terus menerus bersujud kepada Tuhan. Padahal Allah mewajibkan berzakat, memberi makan anak yatim dan menjai khalifah di muka bumi.

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi,” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah: 30)

Maka, habluminallah tidak akan tercapai tanpa membangun habluminannas.
Sehingga seorang manusia merdeka mampu membebaskan dirinya dari belenggu-belenggu keduniawian. Tak ada rasa khawatir dengan dunia, namun bukan berarti tidak peduli dengan urusan dunia. Justru dengan kemerdekaannya itulah dia selalu beramal, berbakti dan mengabdi untuk membangun lingkungan di sekitarnya, karena iman, tak akan ada artinya tanpa amal. Justru dengan kemerdekaannya itulah dia tidak pernah menjauh dari masyarakatnya, lingkungannya, dan rakyatnya, namun dunia tak pernah berhasil menipunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindari Berbohong dalam Berpolitik: INDEKS KORUPSI PARTAI POLITIK VERSI KPK WATCH: QUALIFIED ATAU ABAL-ABAL?

Akhir-akhir ini banyak beredar di dunia maya Indeks Korupsi Partai Politik yang dibuat oleh semacam lembaga (entah lembaga resmi, entah lembaga dadakan)dengan nama KPK Watch sebagai berikut di bawah. Bagaimana metode perhitungan Indeks Korupsi Partai Politik versi KPK Watch ini? KPK Watch mengambil data jumlah koruptor selama periode 2002-2014 dari laman ICW. Setelah diperoleh angka jumlah koruptor, KPK Watch membagi angka tersebut dengan jumlah suara yang diperoleh pada pemilu 2009. Maka didapatlah angka Indeks Korupsi Partai Politik yang kemudian dipublikasikan via social media. Tentu saja publikasi ini tidak melewati publikasi media cetak dan media elektronik. Mengapa? Entahlah.. kita tidak akan membahas itu. Kita hanya akan membahas bagaimana metoda perhitungan KPK Watch ini dan apa pengaruhnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 ini. Tapi mungkin dari pembahasan ini kita akan paham kenapa Indeks Korupsi Partai Politik yang dikeluarkan KPK Watch ti

JIKA AKU SHOLAT, SEHARUSNYA AKU JADI SEORANG MUSLIM YANG SEPERTI APA? (II)

Pada tulisan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa 3 ritual awal sholat: wudhu, takbiratul ihram dan iftitah jika dilakukan dengan menyelami maknanya maka akan mengantarkan kita ke dalam 2 kondisi:  1. Pengendalian ketergantungan diri pada kemelekatan duniawi 2. Pengendalian ego Jika setelah berwudhu kita bisa melepaskan diri dari kemelekatan duniawi, lalu setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah kita sudah bisa menihilkan ego, maka itu berarti kita siap untuk masuk ke tahap selanjutnya dalam sholat: berdialog dengan Allah lewat surat Al Fatiha. Tanpa masuk ke dalam 2 kondisi di atas, kita tidak akan bisa berdalog dengan Allah. Bacaan-bacaan Al Fatiha kita menjadi meaningless... tanpa makna, dan tidak akan membekas apa-apa dalam kehidupan kita.  Jika kita sudah siap, mari kita mencoba masuk dalam tahap berdialog dengan Allah. Bagi sebagian orang, bisa berdialog dengan Allah adalah sesuatu yang sangat didambakan. Bagaimana tidak.. Sebagian kita berharap bisa berdialog da

Halloooo Indaah :)

Hallo Indah dan semua kawan yang bertanya tentang ulasan saya mengenai Data KPK Watch di Kompasiana ( http://politik.kompasiana.com/2014/04/03/analisa-sederhana-kejanggalan-data-kpkwatch-644252.html ). Sebetulnya saya merasa sangat tidak perlu membuat tulisan ini lagi. Karena jawaban atas tulisan Indah sudah sangat jelas di ulasan saya tersebut. Tapi mungkin Indah dan beberapa kawan yang lain belum bisa memahami kalau saya tidak menerangkannya secara grafis serta dengan contoh-contoh sederhana lainnya. Juga karena saran beberapa kawan ya pada akhirnya saya buat juga. Karena saya bukan anggota Kompasiana, maka saya tidak bisa memberikan komentar di tulisan Indah tsb. Mohon maaf kalau saya menjelaskannya dengan soal cerita matematika sederhana kelas 6 SD. Tidak bermaksud merendahkan dan menyamakan taraf pemahaman dengan anak kelas 6 SD, tapi memang ilmu statistik yang saya gunakan bukan ilmu statistik yang rumit, hanya ilmu statistik sederhana dan perbandingan sederhana yang ada di pel