Langsung ke konten utama

Antara APA dan SIAPA



Setelah menulis notes “Memberontaklah”, komen2 dari Pakde Arif menginspirasiku untuk menulis notes lagi. Masih berkaitan dengan pemberontakan. Mungkin ada sedikit kekhawatiran dari Pakde yang satu ini mengenai istilah 'pemberontakan' yang bisa jadi mengejutkan sebagian orang. Ya... memang kata ini bisa berkonotasi lain. Mungkin konotasi ini muncul karena label pemberontakan pada beberapa peristiwa sejarah seperti “pemberontakan G 30 S PKI” atau “pemberontakan DI TII” dan lain sebagainya. Sebagian lupa bahwa negeri ini berdiri juga karena pemberontakan, ya.. pemberontakan terhadap penjajahan. Dan orang-orang yang memberontak itulah yang kini bisa tidur di alam kubur dengan gelar pahlawan.

Karena perjalanan historis di masa lalu tersebut, tentu saja pemberontakan itu memiliki konotasi negatif bagi sebagian orang. Apalagi kalau seandainya kita mengatakan bahwa pemberontakan adalah jiwa dalam Islam. Pasti banyak yang tidak terima dengan kalimat ini. Dan itulah yang membuat tulisan Abangku dalam sebuah milis menjadi menggegerkan: "pemberontakan adalah jiwa dalam Islam". Masyarakat menolak quote tersebut karena sudah kehilangan makna kata sebenarnya dari 'pemberontakan'. Padahal, memberontak berarti melepaskan diri dari sesuatu yang mengkungkung. Memerdekakan diri dari belenggu. Ketika Indonesia merdeka, Indonesia memberontak dari penjajahan yang membelenggu.

Kartini adalah seorang pemberontak, ia memberontak dari sebuah sistem adat yang membelenggunya.

Pemberontakan menjadi jiwa dalam Islam ketika menyebutkan kalimat Tauhid Laa ilaha ilallah, -tiada Tuhan selain Allah- maka seorang muslim dalam memeluk agamanya diharuskan untuk memerdekakan diri dari Tuhan-Tuhan dan tuhan-tuhan lain selain Allah. Itu adalah amalan pertama ketika memeluk Islam. Tuhan-tuhan itu bisa berwujud Tuhan (yg disembah) maupun berwujud uang, rokok, jabatan, bahkan facebook :D Maka pernyataan Tauhid adalah ikrar untuk memerdekakan diri dari Tuhan-Tuhan dan tuhan-tuhan itu, memberontak dari Tuhan-Tuhan dan tuhan-tuhan itu.

Sekarang pertanyaannya adalah ‘dari apakah kita memberontak?’ Dari APA atau dari SIAPA?
Mari kita cari jawabannya dengan menjawab pertanyaan berikut: ketika Indonesia merdeka, Indonesia memberontak dari BELANDA atau dari PENJAJAHAN Belanda? Memberontak dari JEPANG, atau dari PENJAJAHAN Jepang? Seandainya hubungan Indonesia-Belanda adalah hubungan mitra, bukan hubungan antara negara penjajah dan negeri terjajah, mungkinkah ada pemberontakan?

Pertanyaan selanjutnya: ketika terjadi gerakan tahun 98, negeri ini memberontak terhadap Soeharto atau terhadap gaya kepemimpinan dan sistem yang diciptakan oleh Soeharto?

Pernah aku berpikir keras ketika Gus Dur membina hubungan baik dengan Israel, tentu ini menjadi pertanyaan banyak pihak (termasuk aku juga). Kemudian Gus Dur memberikan penjelasan kepada Abangku: “Yahudi dan Arab itu berasal dari satu keturunan, jadi mereka itu kakak adik” Ya... tentu saja, Gus Dur benar: Yahudi dan Arab berasal dari satu ayah. Itu secara Bangsa tentunya. Bangsa Yahudi dan Bangsa Arab berasal dari satu ayah. Bukan secara agama. Jika secara agama Yahudi ada sebelum Islam. Dan Islam terlahir menyempurnakan Yahudi. Maka kemudian aku berpikir, jika ada ayat2 dalam Al Quran yang mencela Yahudi, aku bertanya2: Yahudi apakah yang dicela oleh Allah? Yang pasti bukan sebagai sebuah bangsa, bukan sebagai satu kaum Yahudi dicela. Mungkinkah Tuhan mencela satu kaum yang diciptakanNya sendiri? Mungkinkah dalam sebuah kaum tidak ada seorang pun yang diridhai oleh Allah? Padahal kita tahu sebagian besar Nabi2 yang diakui dalam Islam berasal dari kaum Yahudi. Jadi tentunya bukan secara bangsa, bukan juga secara kaum Yahudi yag dicela oleh Al Quran.

Lalu, apakah sebagai agama? Agama Yahudi pada awalnya berasal dari Allah. Kita tahu bahwa agama Yahudi termasuk ke dalam Agama2 Samawi. Nabi SAW pun selama hidupnya melindungi Yahudi dan Nasrani. Membebaskan mereka untuk beribadah dalam lingkungannya.

Maka, sebagai apakah Yahudi dicela?? Jika kita mengkaji ayat2 dalam Al Quran yang berkaitan dengan kaum Yahudi, selalu disebutkan sikap, perbuatan dan sifat yang dicela Allah SWT. Sementara di sisi lain dalam Al Quran Allah juga berfirman tentang Nabi Isa dengan penuh kasih sayang. Dan Nabi Isa adalah seorang keturunan Yahudi.

Banyak sekali firman2 Allah yg mengagungkan seorang keturunan Yahudi bernama Maryam, ibunda Nabi Isa. Bahkan HAMKA pernah menceritakan tentang seorang pendeta Nasrani yang begitu terharu ketika membaca betapa Al Quran sangat mengagungkan Maryam.

Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa yang dicela dalam Al Quran bukan Yahudi dalam pengertian sebuah bangsa, melainkan SIKAP, PERBUATAN dan SIFAT mereka. Yang dicela adalah APA sifat mereka, APA perbuatan mereka, dan APA sikap mereka, bukan SIAPA mereka. Muhammad SAW tidak pernah membenci SESEORANG tapi Beliau bisa membenci SIFAT seseorang.

Maka jika kita memberikan pandangan, jika kita berpendapat jangan sampai kita memandang sebuah permasalahan itu secara subjektif. Kita jangan melihat siapa orangnya karena sebagai manusia tidak pernah selalu salah juga tidak pernah selalu benar, yang harus dilihat adalah apa yang diperbuat. Harus bisa dipisahkan antara SIAPA dan APA.

Dalam menyikapi persoalan2 yang terjadi dalam ranah negeri ini kita juga harus bisa memisahkan antara SIAPA dan APA. Aku sangat menghormati JK. Tegas dalam bersikap, cepat dalam bertindak, dan memiliki berbagai solusi yang jitu. Tapi ketika JK tetap bersikeras mempertahankan UN sebagai syarat kelulusan, aku tidak sependapat dengannya.

Sri Mulyani adalah seseorang yang cerdas dan jujur. Tapi ketika dalam kasus Century, dia sendiri yang berkata “saya merasa tertipu” dan “ada data2 yang tidak diungkapkan oleh BI”. Jika dalam sebuah sistem ada input, proses dan output. Dan dalam kasus century inputnya = data2 dari BI, dan prosesnya = proses pengambilan kebijakan mengenai Bank Century kemudian outputnya = bail out Bank Century. Maka yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah ketika ternyata Sri Mulyani berkata “ada data2 yang tidak diungkapkan oleh BI” yang berarti inputnya berbeda, apakah outputnya tetap akan bail out Bank Century? Tentu saja tidak. Maka secerdas dan sejujur apapun SMI, tetap beliau harus mempertanggung jawabkannya.

Kita juga menyayangkan SMI masuk ke World Bank. Bukan karena World Bank adalah sebuah lembaga internasional yang besar beranggotakan 200 negara, lembaga yang prestisius, tapi karena selama ini World Bank membelenggu kebijakan2 dalam sebuah negara lewat pinjaman2nya.

Bukan SIAPA World Bank, tapi APA yang dilakukan World Bank. Bukan SIAPA Sri Mulyani, tapi APA yang dilakukan oleh SMI. Bukan SIAPA JK, tapi APA yang telah dilakukan JK. Bukan SIAPA Yahudi, tapi APA yang telah dilakukan Yahudi. Bukan SIAPA Soeharto, tapi APA yang telah dilakukan Soeharto.

CMIIW.... Correct me if I wrong..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindari Berbohong dalam Berpolitik: INDEKS KORUPSI PARTAI POLITIK VERSI KPK WATCH: QUALIFIED ATAU ABAL-ABAL?

Akhir-akhir ini banyak beredar di dunia maya Indeks Korupsi Partai Politik yang dibuat oleh semacam lembaga (entah lembaga resmi, entah lembaga dadakan)dengan nama KPK Watch sebagai berikut di bawah. Bagaimana metode perhitungan Indeks Korupsi Partai Politik versi KPK Watch ini? KPK Watch mengambil data jumlah koruptor selama periode 2002-2014 dari laman ICW. Setelah diperoleh angka jumlah koruptor, KPK Watch membagi angka tersebut dengan jumlah suara yang diperoleh pada pemilu 2009. Maka didapatlah angka Indeks Korupsi Partai Politik yang kemudian dipublikasikan via social media. Tentu saja publikasi ini tidak melewati publikasi media cetak dan media elektronik. Mengapa? Entahlah.. kita tidak akan membahas itu. Kita hanya akan membahas bagaimana metoda perhitungan KPK Watch ini dan apa pengaruhnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 ini. Tapi mungkin dari pembahasan ini kita akan paham kenapa Indeks Korupsi Partai Politik yang dikeluarkan KPK Watch ti

Halloooo Indaah :)

Hallo Indah dan semua kawan yang bertanya tentang ulasan saya mengenai Data KPK Watch di Kompasiana ( http://politik.kompasiana.com/2014/04/03/analisa-sederhana-kejanggalan-data-kpkwatch-644252.html ). Sebetulnya saya merasa sangat tidak perlu membuat tulisan ini lagi. Karena jawaban atas tulisan Indah sudah sangat jelas di ulasan saya tersebut. Tapi mungkin Indah dan beberapa kawan yang lain belum bisa memahami kalau saya tidak menerangkannya secara grafis serta dengan contoh-contoh sederhana lainnya. Juga karena saran beberapa kawan ya pada akhirnya saya buat juga. Karena saya bukan anggota Kompasiana, maka saya tidak bisa memberikan komentar di tulisan Indah tsb. Mohon maaf kalau saya menjelaskannya dengan soal cerita matematika sederhana kelas 6 SD. Tidak bermaksud merendahkan dan menyamakan taraf pemahaman dengan anak kelas 6 SD, tapi memang ilmu statistik yang saya gunakan bukan ilmu statistik yang rumit, hanya ilmu statistik sederhana dan perbandingan sederhana yang ada di pel

JIKA AKU SHOLAT, SEHARUSNYA AKU JADI SEORANG MUSLIM YANG SEPERTI APA? (II)

Pada tulisan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa 3 ritual awal sholat: wudhu, takbiratul ihram dan iftitah jika dilakukan dengan menyelami maknanya maka akan mengantarkan kita ke dalam 2 kondisi:  1. Pengendalian ketergantungan diri pada kemelekatan duniawi 2. Pengendalian ego Jika setelah berwudhu kita bisa melepaskan diri dari kemelekatan duniawi, lalu setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah kita sudah bisa menihilkan ego, maka itu berarti kita siap untuk masuk ke tahap selanjutnya dalam sholat: berdialog dengan Allah lewat surat Al Fatiha. Tanpa masuk ke dalam 2 kondisi di atas, kita tidak akan bisa berdalog dengan Allah. Bacaan-bacaan Al Fatiha kita menjadi meaningless... tanpa makna, dan tidak akan membekas apa-apa dalam kehidupan kita.  Jika kita sudah siap, mari kita mencoba masuk dalam tahap berdialog dengan Allah. Bagi sebagian orang, bisa berdialog dengan Allah adalah sesuatu yang sangat didambakan. Bagaimana tidak.. Sebagian kita berharap bisa berdialog da