Langsung ke konten utama

Belajar Tentang Kehidupan dari Migrasi Hewan




Sore itu setelah membeli beberapa buah buku cerita anak-anak aku duduk di teras Rumah Buku. Memandang ke langit yang lumayan cerah sambil menunggu kakakku yang masih asik memilih buku. Sekawanan burung terbang bersama. Entah siapa yang menjadi pemimpin di antara mereka. Tapi seolah ada komando, mereka bisa berbelok bersama-sama dalam sebuah barisan yang tetap. Dengan sudut kemiringan yang sama, dengan waktu yang sama,dengan kecepatan terbang yang sama, rapi bagaikan para taruna militer ketika baris berbaris. Luar biasa!

Cerita yang hampir sama aku dapat di National Geographic edisi bulan ini. Ketika ratusan ribu burung-burung bermigrasi. Ratusan ribu! Bayangkan! Ya.. ketika burung-burung itu akan bermigrasi, mereka melakukan beberapa persiapan untuk menempuh jarak ribuan, bahkan puluhan ribu kilometer. Persiapannya adalah makan yang banyak untuk mengumpulkan energi, lalu mereka berkumpul bersama-sama. Ya... mereka berkumpul bersama-sama, melakukannya bersama-sama. Luar biasa bukan? Hewan-hewan ini ternyata sangat menyadari bahwa untuk menempuh tujuan besarnya, mereka membutuhkan kebersamaan. Mungkin jika dilakukan sendiri mereka tidak akan berhasil, mengingat betapa banyak marabahaya yang harus mereka lalui dalam perjalanan luar biasa tersebut. Ibaratnya kalau meminjam istilah dari bangsa Homo Sapiens: “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” :)

Bayangkanlah ratusan ribu burung! Jumlahnya ratusan ribu! Entah bagaimana cara mereka saling berkoordinasi di antara mereka. Entah siapa pemimpinnya, entah siapa sekjendnya, entah siapa divisi konsumsinya, entah siapa teklapnya, entah bagaimana struktur organisasinya. Entah ada technical meetingnya, entah ada route petanya. Tapi pada kenyataannya mereka bisa sangat teratur, bisa sangat tertib, bisa patuh pada satu tindakan.

Kita ingat bagaimana cerita Nabi dan pasukannya pada perang Uhud. Pesan Rasulullah SAW - pemimpin terbesar umat muslim- untuk tidak silau oleh harta rampasan perang- dilanggar oleh sebagian pasukannya. Akibatnya fatal, pasukan mengalami kekalahan setelah itu. Yah... itulah salah satu kelemahan manusia, mudah tergoda oleh harta. Melupakan tujuan besar yang utama. Tapi coba mari kita pelajari bagaimana Burung Camar Arktika bermigrasi ke Antartika. Setelah mereka menyimpan cadangan makanan dengan lemak, lalu berkumpul bersama-sama mereka memulai perjalanannya. Mereka memulai perjalanan secara bersama-sama, terbang bersama-sama, beristirahat bersama-sama, makan bersama-sama, entah bagaimana koordinasi di antara mereka. Mereka sangat patuh terhadap peraturan-peraturan bermigrasi. Jika mereka sedang dalam perjalanan migrasi, tidak akan ada satupun burung yang memisahkan diri dari barisan meskipun jika ia melihat seekor ikan yang berenang menggoda di permukaan laut. Luar biasa!!

Bagaimana keteguhan burung-burung itu demi mencapai sebuah tujuan besar, tentu patut diteladani oleh manusia. Bagaimana pemimpin burung-burung itu sehingga barisannya begitu patuh, rapi, satu suara tanpa adanya paksaan adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh manusia. Ya.. tentu saja harus dipelajari. Bukankah Allah menciptakan sistem di antara burung-burung tersebut sebagai pelajaran bagi manusia?

Satu hal yang bisa kita pelajari dari migrasi tersebut: dalam mencapai sebuah tujuan besar ada 3 hal yang dapat berpengaruh banyak terhadap keberhasilan kita menggapai tujuan tersebut. Pertama adalah persiapan. Persiapan yang matang dan dilakukan jauh hari akan memberikan hasil yang optimal. Kedua: dilakukan secara bersama-sama. Tentunya bersama lebih mudah daripada sendiri. Dengan kebersamaan tersebut kita mensinergikan berbagai potensi dalam sebuah sistem. Dengan latar belakang yang berbeda untuk mencapai 1 tujuan bersama. Dan yang ketiga adalah menahan diri dari hawa nafsu yang berpotensi mengacaukan barisan.

Masih banyak hal lain yang bisa dipelajari dari peristiwa migrasi hewan tersebut. Mari... jangan ragu untuk meneladani mereka, meskipun manusia makhluk yang lebih sempurna dari hewan-hewan tersebut..

Komentar

  1. bagus nov, sederhana tapi dalam, belajar dari alam adalah sesuatu yg amat bijak,....thanks ya

    BalasHapus
  2. Semoga kita semua selalu bisa belajar dari alam ya.. karena alam adalah wahyu Allah kepada manusia. Nuhun Wi udah mampir :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindari Berbohong dalam Berpolitik: INDEKS KORUPSI PARTAI POLITIK VERSI KPK WATCH: QUALIFIED ATAU ABAL-ABAL?

Akhir-akhir ini banyak beredar di dunia maya Indeks Korupsi Partai Politik yang dibuat oleh semacam lembaga (entah lembaga resmi, entah lembaga dadakan)dengan nama KPK Watch sebagai berikut di bawah. Bagaimana metode perhitungan Indeks Korupsi Partai Politik versi KPK Watch ini? KPK Watch mengambil data jumlah koruptor selama periode 2002-2014 dari laman ICW. Setelah diperoleh angka jumlah koruptor, KPK Watch membagi angka tersebut dengan jumlah suara yang diperoleh pada pemilu 2009. Maka didapatlah angka Indeks Korupsi Partai Politik yang kemudian dipublikasikan via social media. Tentu saja publikasi ini tidak melewati publikasi media cetak dan media elektronik. Mengapa? Entahlah.. kita tidak akan membahas itu. Kita hanya akan membahas bagaimana metoda perhitungan KPK Watch ini dan apa pengaruhnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 ini. Tapi mungkin dari pembahasan ini kita akan paham kenapa Indeks Korupsi Partai Politik yang dikeluarkan KPK Watch ti

JIKA AKU SHOLAT, SEHARUSNYA AKU JADI SEORANG MUSLIM YANG SEPERTI APA? (II)

Pada tulisan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa 3 ritual awal sholat: wudhu, takbiratul ihram dan iftitah jika dilakukan dengan menyelami maknanya maka akan mengantarkan kita ke dalam 2 kondisi:  1. Pengendalian ketergantungan diri pada kemelekatan duniawi 2. Pengendalian ego Jika setelah berwudhu kita bisa melepaskan diri dari kemelekatan duniawi, lalu setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah kita sudah bisa menihilkan ego, maka itu berarti kita siap untuk masuk ke tahap selanjutnya dalam sholat: berdialog dengan Allah lewat surat Al Fatiha. Tanpa masuk ke dalam 2 kondisi di atas, kita tidak akan bisa berdalog dengan Allah. Bacaan-bacaan Al Fatiha kita menjadi meaningless... tanpa makna, dan tidak akan membekas apa-apa dalam kehidupan kita.  Jika kita sudah siap, mari kita mencoba masuk dalam tahap berdialog dengan Allah. Bagi sebagian orang, bisa berdialog dengan Allah adalah sesuatu yang sangat didambakan. Bagaimana tidak.. Sebagian kita berharap bisa berdialog da

Halloooo Indaah :)

Hallo Indah dan semua kawan yang bertanya tentang ulasan saya mengenai Data KPK Watch di Kompasiana ( http://politik.kompasiana.com/2014/04/03/analisa-sederhana-kejanggalan-data-kpkwatch-644252.html ). Sebetulnya saya merasa sangat tidak perlu membuat tulisan ini lagi. Karena jawaban atas tulisan Indah sudah sangat jelas di ulasan saya tersebut. Tapi mungkin Indah dan beberapa kawan yang lain belum bisa memahami kalau saya tidak menerangkannya secara grafis serta dengan contoh-contoh sederhana lainnya. Juga karena saran beberapa kawan ya pada akhirnya saya buat juga. Karena saya bukan anggota Kompasiana, maka saya tidak bisa memberikan komentar di tulisan Indah tsb. Mohon maaf kalau saya menjelaskannya dengan soal cerita matematika sederhana kelas 6 SD. Tidak bermaksud merendahkan dan menyamakan taraf pemahaman dengan anak kelas 6 SD, tapi memang ilmu statistik yang saya gunakan bukan ilmu statistik yang rumit, hanya ilmu statistik sederhana dan perbandingan sederhana yang ada di pel