Langsung ke konten utama

Diskusi Gender dengan Tuhan



Tahun 2000, beberapa bulan setelah menikah, aku divonis mengidap Sistemic Lupus Erithromasis. Waktu itu di sebuah rumah sakit di Bandung, dokter yang mengabari aku tentang penyakit ini agak kemayu, dan dia menyampaikan vonis dengan amat sangat ringannya: “Hallooo… udah ketemu ya penyakitnya…. SLE, Lupus… Byeeee…” Udah?? Begitu saja? Dokter itu meninggalkan aku dan aku terbengong-bengong sendirian. “SLE??? Lupus?? Penyakit apa itu??” lalu aku menelepon ibuku, minta tolong untuk dicarikan informasi mengenai Lupus. Aku juga bertanya-tanya kepada suster, tapi sepertinya mereka sedikit menutupi, mungkin khawatir dengan reaksiku. Ibuku juga dengan terus terang tidak mau menyampaikan informasi yang sudah dia dapatkan, “Nanti Novi stress katanya”… ah apa sih penyakit ini? Apakah sebegitu menakutkannya hingga semuanya berusaha menutupinya dariku? Maka akupun berkeras pada ibuku: “Mana infonya? Justru kalau nggak tau itu penyakit apa malah jadi stress.”


Sejak itu aku banyak mendapatkan info mengenai SLE. Hmmm… memang cukup mengerikan. Terutama karena Lupus adalah penyakit yang menyerupai tsunami, bisa meluluhlantakan apa saja organ yang ada di dalam tubuh penderita. Maka selain Lupus memiliki 1000 wajah, Lupus juga memiliki 1000 kisah. Kisah mengenai penderita Lupus tidak pernah sama, dari penderitaan yang paling ringan, sampai penderitaan yang paling berat. Deretan yang paling ringan sampai yang paling berbahaya, mulai dari temperature tubuh yang naik turun (Alhamdulillah aku hanya mengalami yang paling ringan karena langsung cocok ditangani secara alternative, tahun 2001 aku dinyatakan sembuh oleh dokter), rambut rontok, kulit melepuh, buta, lumpuh, amputasi, koma, sampai meninggal. Begitu hebatnya penderitaan yang bisa dialami oleh seorang Odapus (penderita Lupus) karena penyakit ini belum ada obatnya. Sehingga seorang Odapus bisa mengalami berbagai masalah dalam tubuhnya secara berturut-turut atau bahkan sekaligus.

Ketika kemudian didapati kenyataan bahwa Lupus sebagian besar dialami oleh kaum wanita (aku sendiri pernah bertemu dengan pria penderita Lupus, almarhum meninggal sekitar 4 tahun yang lalu) aku pernah bertanya-tanya: “Ya Tuhan,pesan apa yang ingin Engkau sampaikan sehingga Engkau pilih makhluk yang dinilai paling lemah untuk menanggung penderitaan yang begitu hebat?” Jawaban didapat melalui proses yang seolah-olah berdiskusi dengan Tuhan mengenai isu gender.

Mami Van Der Mollen –terapis alternative yang menanganiku- pernah berkata bahwa secara umum daya tahan wanita itu lebih kuat daripada pria. Entah benar atau tidak, beliau mengemukakan bahwa karena itu wanita pada umumnya bisa bertahan hingga suhu tubuh 41 celcius lebih. Berbeda dengan pria. Mami menambahkan bahwa wanita harus lebih kuat karena wanita harus bisa menahan puncaknya rasa sakit ketika melahirkan.

Dan ternyata, ada penderitaan yang lebih berat yang dialami oleh Odapus. Bukan saja bisa kehilangan daya tariknya sebagai wanita dengan rontoknya rambut atau melepuhnya kulit wajah dan tubuh. Mungkin bulan ini seorang Odapus bisa stabil kondisinya setelah bulan lalu mengalami gagal ginjal, tapi mungkin juga 2 bulan yang akan datang kakinya tiba-tiba harus diamputasi, lalu 6 bulan berikutnya harus mengalami kebutaan. Apabila kita mengintip berita-berita dari Yayasan Lupus Indonesia, berita duka Odapus yang meninggal begitu sering didengar. Tapi lihatlah apa yang disampaikan oleh Tuhan, bahwa “Allah tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan hambanya”. Artinya apabila Tuhan ‘menganugerahkan’ Lupus itu kepada Odapus berarti Odapus itu pasti bisa melalui ujian tersebut.
Dan sebagian besar dari 1000 kisah mengenai Odapus yang pernah aku dengar, pernah aku baca adalah kisah-kisah kekuatan Odapus. Bukan hanya kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan mental. Lihatlah bagaimana kisah seorang Odapus yang setelah menjalankan aktifitas rumah tangga sehari-harinya, lalu pergi berkeliling kota dengan sepeda untuk berdagang. Apabila terasa olehnya tubuhnya mulai protes, maka dengan tenang ia tahu apa yang harus ia lakukan. Lalu ada lagi kisah Odapus yang beraktifitas di Yayasan Lupus Indonesia untuk berbagi info, saling menguatkan kepada sesama penderita Lupus, berkeliling rumah sakit untuk menebarkan semangat. Dan yang benar-benar membuat aku kagum: kisah Odapus yang ikut mendaki gunung Kilimanjaro dalam rangka Hari Lupus sedunia. Seperti yang pernah aku dengar dan aku baca bahwa rata-rata penderita Lupus adalah wanita produktif yang memiliki semangat dan aktifitas yang tinggi.

Dan terjawablah pertanyaanku kepada Tuhan: wanita itu lebih bisa, lebih kuat baik secara fisik maupun mental untuk menanggung penderitaan itu. Aku menyebut Lupus adalah anugerah Tuhan kepada orang-orang yang dipilihnya, karena memiliki kekuatan itu. Di dunia, anugerah itu berwujud ujian, di akhirat anugerah itu akan memperlihatkan wujud aslinya.

Begitu dalam pesan yang disampaikan oleh Tuhan hingga memilih makhluk yang selama ini dikenal lemah untuk menanggung ujian berat itu. Maka dari situ aku berpikir seperti itulah cara Tuhan menunjukkan bahwa wanita bisa lebih kuat daripada pria. Wanita Odapus adalah wanita yang bisa menunjukkan posisinya disamping pria, bukan dengan menuntut permintaan-permintaan perlindungan yang sebenarnya memperlihatkan kelemahan wanita. (aku selalu berpikir apa yang dituntut kaum feminis untuk meminta ‘hak’ -seperti yang dilakukan para caleg wanita yang memprotes keputusan MK mengenai suara terbanyak- justru malah memperlihatkan bahwa wanita itu lemah dan hanya bisa membuktikan kelebihannya jika diberikan fasilitas khusus dan diperlakukan sebagai anak bawang)

Bacalah 1000 kisah para Odapus, Anda akan menemukan semangat mereka, kekuatan mereka yang insya Allah akan menerbitkan rasa syukur kita kepada Tuhan. Oleh karena itu 1000 kisah mengenai Odapus adalah 1000 semangat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindari Berbohong dalam Berpolitik: INDEKS KORUPSI PARTAI POLITIK VERSI KPK WATCH: QUALIFIED ATAU ABAL-ABAL?

Akhir-akhir ini banyak beredar di dunia maya Indeks Korupsi Partai Politik yang dibuat oleh semacam lembaga (entah lembaga resmi, entah lembaga dadakan)dengan nama KPK Watch sebagai berikut di bawah. Bagaimana metode perhitungan Indeks Korupsi Partai Politik versi KPK Watch ini? KPK Watch mengambil data jumlah koruptor selama periode 2002-2014 dari laman ICW. Setelah diperoleh angka jumlah koruptor, KPK Watch membagi angka tersebut dengan jumlah suara yang diperoleh pada pemilu 2009. Maka didapatlah angka Indeks Korupsi Partai Politik yang kemudian dipublikasikan via social media. Tentu saja publikasi ini tidak melewati publikasi media cetak dan media elektronik. Mengapa? Entahlah.. kita tidak akan membahas itu. Kita hanya akan membahas bagaimana metoda perhitungan KPK Watch ini dan apa pengaruhnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 ini. Tapi mungkin dari pembahasan ini kita akan paham kenapa Indeks Korupsi Partai Politik yang dikeluarkan KPK Watch ti

Halloooo Indaah :)

Hallo Indah dan semua kawan yang bertanya tentang ulasan saya mengenai Data KPK Watch di Kompasiana ( http://politik.kompasiana.com/2014/04/03/analisa-sederhana-kejanggalan-data-kpkwatch-644252.html ). Sebetulnya saya merasa sangat tidak perlu membuat tulisan ini lagi. Karena jawaban atas tulisan Indah sudah sangat jelas di ulasan saya tersebut. Tapi mungkin Indah dan beberapa kawan yang lain belum bisa memahami kalau saya tidak menerangkannya secara grafis serta dengan contoh-contoh sederhana lainnya. Juga karena saran beberapa kawan ya pada akhirnya saya buat juga. Karena saya bukan anggota Kompasiana, maka saya tidak bisa memberikan komentar di tulisan Indah tsb. Mohon maaf kalau saya menjelaskannya dengan soal cerita matematika sederhana kelas 6 SD. Tidak bermaksud merendahkan dan menyamakan taraf pemahaman dengan anak kelas 6 SD, tapi memang ilmu statistik yang saya gunakan bukan ilmu statistik yang rumit, hanya ilmu statistik sederhana dan perbandingan sederhana yang ada di pel

JIKA AKU SHOLAT, SEHARUSNYA AKU JADI SEORANG MUSLIM YANG SEPERTI APA? (II)

Pada tulisan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa 3 ritual awal sholat: wudhu, takbiratul ihram dan iftitah jika dilakukan dengan menyelami maknanya maka akan mengantarkan kita ke dalam 2 kondisi:  1. Pengendalian ketergantungan diri pada kemelekatan duniawi 2. Pengendalian ego Jika setelah berwudhu kita bisa melepaskan diri dari kemelekatan duniawi, lalu setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah kita sudah bisa menihilkan ego, maka itu berarti kita siap untuk masuk ke tahap selanjutnya dalam sholat: berdialog dengan Allah lewat surat Al Fatiha. Tanpa masuk ke dalam 2 kondisi di atas, kita tidak akan bisa berdalog dengan Allah. Bacaan-bacaan Al Fatiha kita menjadi meaningless... tanpa makna, dan tidak akan membekas apa-apa dalam kehidupan kita.  Jika kita sudah siap, mari kita mencoba masuk dalam tahap berdialog dengan Allah. Bagi sebagian orang, bisa berdialog dengan Allah adalah sesuatu yang sangat didambakan. Bagaimana tidak.. Sebagian kita berharap bisa berdialog da