Seperti angin yang menerpa pucuk pinus
Bisikan itu nyaris tak terdengar
“mengapa anak-anak di belahan dunia lain boleh hidup dengan damai,
Sedangkan kami tidak?”
Lalu Isak tangis itu tenggelam diantara gelegar senapan
Di sini,
Suara kemarahan dimana-mana
Begitu kerasnya teriakan itu..
Namun tak juga terdengar..
Maka Ameera masih bertanya-tanya,
“Adikku tak tahu apa itu perang,
Tapi mengapa ia dibunuh?”
Di sini,
Suara kemarahan lagi-lagi tertelan
Oleh suara kemenangan yang bukan milik kami
Ameera pun lagi-lagi bertanya,
“Kami minum air kotor, menyuap roti basi,
Kemana dunia internasional??”
Di sini,
Sebuah suara berbisik,
“Ameera.. maaf...tunggulah sejenak,
Kami sedang kenduri..”
Pondok Aren, 27 Januari '09
Bisikan itu nyaris tak terdengar
“mengapa anak-anak di belahan dunia lain boleh hidup dengan damai,
Sedangkan kami tidak?”
Lalu Isak tangis itu tenggelam diantara gelegar senapan
Di sini,
Suara kemarahan dimana-mana
Begitu kerasnya teriakan itu..
Namun tak juga terdengar..
Maka Ameera masih bertanya-tanya,
“Adikku tak tahu apa itu perang,
Tapi mengapa ia dibunuh?”
Di sini,
Suara kemarahan lagi-lagi tertelan
Oleh suara kemenangan yang bukan milik kami
Ameera pun lagi-lagi bertanya,
“Kami minum air kotor, menyuap roti basi,
Kemana dunia internasional??”
Di sini,
Sebuah suara berbisik,
“Ameera.. maaf...tunggulah sejenak,
Kami sedang kenduri..”
Pondok Aren, 27 Januari '09
Komentar
Posting Komentar