Langsung ke konten utama

DI RUMAH ITU..

Minggu siang yang mendung.


Dan kali ini aku mencoba untuk berjalan mundur ke belakang.

Terus berjalan mundur.

Dan terus berjalan mundur, mengikuti jejak kaki yang pernah ada.


Sampai aku tiba di depan sebuah rumah.

Tempat di mana tirai tersingkap.

Dan film itu kembali diputar ulang.


Terlihat olehku rumah kecil dengan taman yang indah.

Taman sentuhan seorang ibu.

Ada bunga berwarna ungu di sana.

Dan wangi kecubung melayang terbang dari gantungannya.


Film tersendat berputar.

Lalu memulai kembali gambar di seberang rumah itu.

Pada trotoar di bawah pohon tanjung.

Tempat yang nyaman untuk memulai percakapan, hingga pertengkaran tentang sebatang rokok.


Berhenti di depan garasi, pada satu adegan di bawah hujan.

Ketika jari-jari itu menghapus jejak air di jendela.

Sampai sebuah tangan membuatnya berhenti.


Adegan masih terus berlanjut.

Di sebuah paviliun beratap rendah.

Dengan aquarium bulat di atas meja.

Yang dipenuhi mawar merah, mengapung di atas air.

Dua buah lilin di antara merah.

Yang menggambarkan satu adegan lain.

Di depan hamparan lampu-lampu kota.

Pada satu malam.


Film itu berhenti berputar.

Tanpa ada akhir.

Yang ada hanya rumah itu,

tanpa taman,

tanpa bunga ungu,

tanpa kecubung,

tanpa mawar merah dan dua buah lilin di antara merah,

tanpa jemari yang menghapus jejak hujan di jendela.

Tapi semuanya tetap terlihat di sana.


Aku pun kembali berjalan.

Meninggalkan rumah itu,

untuk satu saat kembali.

Entah kapan..


Published with Blogger-droid v2.0.4

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindari Berbohong dalam Berpolitik: INDEKS KORUPSI PARTAI POLITIK VERSI KPK WATCH: QUALIFIED ATAU ABAL-ABAL?

Akhir-akhir ini banyak beredar di dunia maya Indeks Korupsi Partai Politik yang dibuat oleh semacam lembaga (entah lembaga resmi, entah lembaga dadakan)dengan nama KPK Watch sebagai berikut di bawah. Bagaimana metode perhitungan Indeks Korupsi Partai Politik versi KPK Watch ini? KPK Watch mengambil data jumlah koruptor selama periode 2002-2014 dari laman ICW. Setelah diperoleh angka jumlah koruptor, KPK Watch membagi angka tersebut dengan jumlah suara yang diperoleh pada pemilu 2009. Maka didapatlah angka Indeks Korupsi Partai Politik yang kemudian dipublikasikan via social media. Tentu saja publikasi ini tidak melewati publikasi media cetak dan media elektronik. Mengapa? Entahlah.. kita tidak akan membahas itu. Kita hanya akan membahas bagaimana metoda perhitungan KPK Watch ini dan apa pengaruhnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 ini. Tapi mungkin dari pembahasan ini kita akan paham kenapa Indeks Korupsi Partai Politik yang dikeluarkan KPK Watch ti

SEBUAH PABRIK BERNAMA UJIAN NASIONAL

Pagi itu saya sangat terkejut membaca sebuah berita di dunia maya. Wawancara Wakil Menteri Pendidikan mengenai Ujian Nasional yang saya baca di sini membuat saya terpukul: "Percayalah, kalau tidak diberi ujian, yakin saya sekolah itu tidak akan menerapkan proses belajar. Coba bayangkan Indonesia tidak ada semangat untuk belajar. Untung ada UN, mereka jadi belajar." Pernyataan ini membuat saya bertanya-tanya. Bagaimana bisa seorang Wakil Menteri Pendidikan berbicara seperti ini? Apakah ini didasari pengalaman pribadi Sang Profesor? Sehingga Wamen merasa sangat pesimis dengan berlangsungnya proses belajar di sekolah? Mungkin banyak pertanyaan di masyarakat: "apa sih yang salah dengan UN?" atau "perasaan jaman dulu Ujian nggak ribut-ribut seperti ini". Sungguh pada awalnya saya juga merasa heran, apa yang salah dengan UN? toh jaman dulu ini tidak ada masalah? Pada awalnya saya pernah menyatakan: Tidak ada yang salah dengan UN dan saya mendukung ad

Halloooo Indaah :)

Hallo Indah dan semua kawan yang bertanya tentang ulasan saya mengenai Data KPK Watch di Kompasiana ( http://politik.kompasiana.com/2014/04/03/analisa-sederhana-kejanggalan-data-kpkwatch-644252.html ). Sebetulnya saya merasa sangat tidak perlu membuat tulisan ini lagi. Karena jawaban atas tulisan Indah sudah sangat jelas di ulasan saya tersebut. Tapi mungkin Indah dan beberapa kawan yang lain belum bisa memahami kalau saya tidak menerangkannya secara grafis serta dengan contoh-contoh sederhana lainnya. Juga karena saran beberapa kawan ya pada akhirnya saya buat juga. Karena saya bukan anggota Kompasiana, maka saya tidak bisa memberikan komentar di tulisan Indah tsb. Mohon maaf kalau saya menjelaskannya dengan soal cerita matematika sederhana kelas 6 SD. Tidak bermaksud merendahkan dan menyamakan taraf pemahaman dengan anak kelas 6 SD, tapi memang ilmu statistik yang saya gunakan bukan ilmu statistik yang rumit, hanya ilmu statistik sederhana dan perbandingan sederhana yang ada di pel