Langsung ke konten utama

JANGAN MAU JADI RAKYAT DI NEGERI INI!



Ya.. jangan mau jadi rakyat di negeri ini.

Kalau ada bencana rakyat selalu disalahkan.

Yang katanya kelakuannya bejat dan koruplah..

Yang katanya suka buang sampah sembaranganlah..

Yang katanya ngeyel karena ga mau disuruh ngungsilah..

Yang katanya salah sendiri takut ombak kok tinggal di pinggir pantailah..

Yang suka proteslah..

Jangan mau jadi rakyat di negeri ini!!

Cuman bisa jadi penonton mall-mall mewah yang dibangun, yang mengambil banyak ruang hijau kota.

Cuman bisa membayangkan jadi orang kaya seperti di tv, punya apartemen mewah yang katanya bebas banjir dan menyebabkan intrusi air laut.

Cuman jadi penonton mobil-mobil mewah yang melaju dikawal provost ketika berdesak2an di antara bau keringat angkutan umum.

Cuman menikmati kesenangan sesaat ketika pemilu saja.

Ya.. jangan mau jadi rakyat di negeri ini!!

Sekali lagi,

Kalian, jangan hanya mau jadi rakyat di negeri ini!

Karena sebenarnya kalian adalah PEMILIK negeri ini!

Bapak-bapak kita dahulu menyerahkan jiwa raganya, dan mempersembahkan negeri yang indah ini untuk kalian.

Bapak-bapak kita mempersembahkan tanah dan air di negeri ini untuk kalian, bukan untuk diberikan pada bangsa asing.

Kalian jangan mau jadi rakyat di negeri ini!

Sekali lagi,

karena kalianlah sebenarnya PEMILIK negeri ini!

Karena kalian PEMILIK negeri ini, maka kalian menggaji orang-orang untuk mengurus ASET kalian dan MEMBANTU kalian.

Karena kalian PEMILIK negeri ini maka kalian MEMILIH orang-orang yang akan kalian BERI TUGAS mengurus dan membantu kalian.

Karena kalian PEMILIK negeri ini, yang MEMILIH dan MENGGAJI orang-orang yang membantu kalian, maka kalian berhak MENGUTARAKAN KETIDAKPUASAN jika mereka tidak bekerja dengan baik dan hasil pekerjaan mereka tidak memuaskan kalian.

Jangan mau jadi rakyat di negeri ini!

Karena kalian adalah PEMILIK negeri yang indah dan kaya ini!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindari Berbohong dalam Berpolitik: INDEKS KORUPSI PARTAI POLITIK VERSI KPK WATCH: QUALIFIED ATAU ABAL-ABAL?

Akhir-akhir ini banyak beredar di dunia maya Indeks Korupsi Partai Politik yang dibuat oleh semacam lembaga (entah lembaga resmi, entah lembaga dadakan)dengan nama KPK Watch sebagai berikut di bawah. Bagaimana metode perhitungan Indeks Korupsi Partai Politik versi KPK Watch ini? KPK Watch mengambil data jumlah koruptor selama periode 2002-2014 dari laman ICW. Setelah diperoleh angka jumlah koruptor, KPK Watch membagi angka tersebut dengan jumlah suara yang diperoleh pada pemilu 2009. Maka didapatlah angka Indeks Korupsi Partai Politik yang kemudian dipublikasikan via social media. Tentu saja publikasi ini tidak melewati publikasi media cetak dan media elektronik. Mengapa? Entahlah.. kita tidak akan membahas itu. Kita hanya akan membahas bagaimana metoda perhitungan KPK Watch ini dan apa pengaruhnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 ini. Tapi mungkin dari pembahasan ini kita akan paham kenapa Indeks Korupsi Partai Politik yang dikeluarkan KPK Watch ti

SEBUAH PABRIK BERNAMA UJIAN NASIONAL

Pagi itu saya sangat terkejut membaca sebuah berita di dunia maya. Wawancara Wakil Menteri Pendidikan mengenai Ujian Nasional yang saya baca di sini membuat saya terpukul: "Percayalah, kalau tidak diberi ujian, yakin saya sekolah itu tidak akan menerapkan proses belajar. Coba bayangkan Indonesia tidak ada semangat untuk belajar. Untung ada UN, mereka jadi belajar." Pernyataan ini membuat saya bertanya-tanya. Bagaimana bisa seorang Wakil Menteri Pendidikan berbicara seperti ini? Apakah ini didasari pengalaman pribadi Sang Profesor? Sehingga Wamen merasa sangat pesimis dengan berlangsungnya proses belajar di sekolah? Mungkin banyak pertanyaan di masyarakat: "apa sih yang salah dengan UN?" atau "perasaan jaman dulu Ujian nggak ribut-ribut seperti ini". Sungguh pada awalnya saya juga merasa heran, apa yang salah dengan UN? toh jaman dulu ini tidak ada masalah? Pada awalnya saya pernah menyatakan: Tidak ada yang salah dengan UN dan saya mendukung ad

Halloooo Indaah :)

Hallo Indah dan semua kawan yang bertanya tentang ulasan saya mengenai Data KPK Watch di Kompasiana ( http://politik.kompasiana.com/2014/04/03/analisa-sederhana-kejanggalan-data-kpkwatch-644252.html ). Sebetulnya saya merasa sangat tidak perlu membuat tulisan ini lagi. Karena jawaban atas tulisan Indah sudah sangat jelas di ulasan saya tersebut. Tapi mungkin Indah dan beberapa kawan yang lain belum bisa memahami kalau saya tidak menerangkannya secara grafis serta dengan contoh-contoh sederhana lainnya. Juga karena saran beberapa kawan ya pada akhirnya saya buat juga. Karena saya bukan anggota Kompasiana, maka saya tidak bisa memberikan komentar di tulisan Indah tsb. Mohon maaf kalau saya menjelaskannya dengan soal cerita matematika sederhana kelas 6 SD. Tidak bermaksud merendahkan dan menyamakan taraf pemahaman dengan anak kelas 6 SD, tapi memang ilmu statistik yang saya gunakan bukan ilmu statistik yang rumit, hanya ilmu statistik sederhana dan perbandingan sederhana yang ada di pel