Langsung ke konten utama

AIR MENGALIR & VIDEO 'MUSEUM'

Ya.. ya.. ya.. Novi Ratnanoviasari saat ini sedang kurang kerjaan, menulis tentang video ‘museum’ artis yang menghebohkan itu. Hahahaaa... ya, aku sebut video ‘museum’ karena orang yang ‘memuseumkannya’ menganggap kejadian itu adalah kejadian langka sehingga dia berpikir perlu untuk ‘memuseumkannya’ hihihihiiii..

Baiklah, dimulai dari cerita tentang sebuah sungai yang memenuhi kebutuhan air di suatu desa. Karena sungai tersebut sangat dibutuhkan maka Sang Kepala Desa menugaskan seorang kuncen untuk mengawasi dan menjaga aliran tersebut. Kuncen yang pandai dan amanah ini sangat menyadari tugasnya. Ia mendirikan sebuah pos di hulu sungai. Setiap hari ia selalu berjaga dan mengamati sungai dari pos tersebut. Namun ia juga selalu menyusuri sungai itu dari hulu menuju hilir untuk memastikan bahwa air itu selalu bisa digunakan penduduk desa dengan aman.

Pada suatu pagi, seperti biasa Sang Kuncen berjalan menyusuri hulu sungai. Hal yang selalu ia lakukan adalah menyiduk air dengan tangannya, menghirup baunya, kemudian membasuhkannya ke mukanya. Ah... segarnyaaa... Sang Kuncen melanjutkan berjalan menyusuri sungai menuju ke hilir. Namun tiba-tiba ia mencium bau tak sedap. Matanya mencari-cari sumber bau tersebut. Ah!! Ia terkejut! Sebuah bangkai rusa yang sudah dikerubungi lalat teronggok pada sebuah batu di tengah sungai. Oh tidak! Bangkai itu pasti telah mencemari air sungai dan membahayakan penduduk desa! Sang Kuncen bertindak cepat. Dengan segera ia mengamankan bangkai tersebut, menjauhkannya dari sungai. Ia lalu menghubungi anak buahnya, agar mengubur bangkai tersebut dan memberikan peringatan kepada penduduk desa bahwa air sungai telah tercemar. Langkah selanjutnya Sang Kuncen segera memerintahkan anak buahnya untuk memulihkan keadaan air hingga aman digunakan penduduk.

Karena tindakan yang segera ini, alhamdulillah, penduduk desa dalam kondisi yang aman. Ada satu-dua penduduk yang merasa sakit, namun menyadari air sungai sempat tercemar ia segera berobat.

Ah.. senang ya jika memiliki pemimpin yang amanah dan sidargas (siap dan sadar tugas). Lalu hubungannya apa dengan video ‘museum’?? Loh.. sudah kebaca kan arah yang mau disampaikannya?

Ya, ‘pencemaran’ dalam dunia maya kita seharusnya bisa segera diatasi sehingga tidak perlu menghebohkan dan menjadi penyakit dalam masyarakat kita. Seperti yang dilakukan oleh Sang Kuncen, ketika video ‘museum’ itu diunduh, pihak yang berwenang harus segera memblokirnya. Tidak perlu ada SOP, tidak perlu menunggu diberlakukannya UU untuk memblokirnya, tidak perlu menunggu tanggapan dan reaksi masyarakat. Tidak ada kebebasan pers dalam hal ini. Pornografi bukan pers, dan bukan sebuah hak. Segera blokir sebagaimana Sang Kuncen menyingkirkan bangkai dari sungai. Setelah diblokir baru serahkan kepada aparat hukum untuk bertindak mengejar dan menangkap orang-orang yang terkait dengan penyebarannya. Masyarakat diberi peringatan agar orang tua mengawasi anak2nya.

Namun yang terjadi saat ini adalah kebalikannya, pemerintah bertindak sangat reaktif, dalam arti menunggu reaksi masyarakat. Ketika masyarakat dihebohkan, pemerintah ikut-ikutan heboh. Malah pihak yang berwenang ikut2an kontroversif dengan hal ‘yang mirip-mirip’. Sementara video ‘museum’ itu tetap beredar dan dapat diakses berbagai kalangan termasuk anak-anak. Pers ikut2an heboh sehingga pemberitaan terus menerus dan masyarakatpun semakin dibuat penasaran. Setelah diributkan dengan videonya, masyarakat dibuat ribut dengan benar atau tidaknya pelaku adegan tersebut adalah sang artis (memang kenapa kalau artis? Apa kalau bukan artis tidak menjadi masalah?). Setelah itu kemudian masyarakat dibuat ribut lagi dengan tulus atau tidaknya permohonan maaf artis2 tersebut. Semua kalangan dari tukang ojek, sampai menteri, wapres dan bahkan presidennya ikut berkomentar tentang hal ini, menambah keributan dan rasa penasaran masyarakat. Dari semua sisi video ‘museum’ ini dibahas sementara video itu tetap beredar dari tangan ke tangan.

Setelah sekian lama, dan setelah berlarut2, barulah tadi malam aku baca running text TV One: ‘menkominfo akan memblokir pornografi’. Tidak ada kata terlambat, tapi ya memang sangat terlambat! Tentunya tidak perlu menunggu dioperasikannya “situation room” di Istana Negara untuk bertindak cepat memberikan rasa aman kepada masyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindari Berbohong dalam Berpolitik: INDEKS KORUPSI PARTAI POLITIK VERSI KPK WATCH: QUALIFIED ATAU ABAL-ABAL?

Akhir-akhir ini banyak beredar di dunia maya Indeks Korupsi Partai Politik yang dibuat oleh semacam lembaga (entah lembaga resmi, entah lembaga dadakan)dengan nama KPK Watch sebagai berikut di bawah. Bagaimana metode perhitungan Indeks Korupsi Partai Politik versi KPK Watch ini? KPK Watch mengambil data jumlah koruptor selama periode 2002-2014 dari laman ICW. Setelah diperoleh angka jumlah koruptor, KPK Watch membagi angka tersebut dengan jumlah suara yang diperoleh pada pemilu 2009. Maka didapatlah angka Indeks Korupsi Partai Politik yang kemudian dipublikasikan via social media. Tentu saja publikasi ini tidak melewati publikasi media cetak dan media elektronik. Mengapa? Entahlah.. kita tidak akan membahas itu. Kita hanya akan membahas bagaimana metoda perhitungan KPK Watch ini dan apa pengaruhnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 ini. Tapi mungkin dari pembahasan ini kita akan paham kenapa Indeks Korupsi Partai Politik yang dikeluarkan KPK Watch ti

SEBUAH PABRIK BERNAMA UJIAN NASIONAL

Pagi itu saya sangat terkejut membaca sebuah berita di dunia maya. Wawancara Wakil Menteri Pendidikan mengenai Ujian Nasional yang saya baca di sini membuat saya terpukul: "Percayalah, kalau tidak diberi ujian, yakin saya sekolah itu tidak akan menerapkan proses belajar. Coba bayangkan Indonesia tidak ada semangat untuk belajar. Untung ada UN, mereka jadi belajar." Pernyataan ini membuat saya bertanya-tanya. Bagaimana bisa seorang Wakil Menteri Pendidikan berbicara seperti ini? Apakah ini didasari pengalaman pribadi Sang Profesor? Sehingga Wamen merasa sangat pesimis dengan berlangsungnya proses belajar di sekolah? Mungkin banyak pertanyaan di masyarakat: "apa sih yang salah dengan UN?" atau "perasaan jaman dulu Ujian nggak ribut-ribut seperti ini". Sungguh pada awalnya saya juga merasa heran, apa yang salah dengan UN? toh jaman dulu ini tidak ada masalah? Pada awalnya saya pernah menyatakan: Tidak ada yang salah dengan UN dan saya mendukung ad

Halloooo Indaah :)

Hallo Indah dan semua kawan yang bertanya tentang ulasan saya mengenai Data KPK Watch di Kompasiana ( http://politik.kompasiana.com/2014/04/03/analisa-sederhana-kejanggalan-data-kpkwatch-644252.html ). Sebetulnya saya merasa sangat tidak perlu membuat tulisan ini lagi. Karena jawaban atas tulisan Indah sudah sangat jelas di ulasan saya tersebut. Tapi mungkin Indah dan beberapa kawan yang lain belum bisa memahami kalau saya tidak menerangkannya secara grafis serta dengan contoh-contoh sederhana lainnya. Juga karena saran beberapa kawan ya pada akhirnya saya buat juga. Karena saya bukan anggota Kompasiana, maka saya tidak bisa memberikan komentar di tulisan Indah tsb. Mohon maaf kalau saya menjelaskannya dengan soal cerita matematika sederhana kelas 6 SD. Tidak bermaksud merendahkan dan menyamakan taraf pemahaman dengan anak kelas 6 SD, tapi memang ilmu statistik yang saya gunakan bukan ilmu statistik yang rumit, hanya ilmu statistik sederhana dan perbandingan sederhana yang ada di pel