Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

CERITA SAJADAH

Di dalam masjid besar di pusat kota, sebuah Sajadah sedang mencurahkan isi hatinya pada seuntai Tasbih. "Wahai Tasbih, aku adalah Sajadah. Lihatlah aku. Ketebalan dan kelembutanku membuat kaki-kaki yang menginjakku akan merasakan sebuah kenyamanan." Sang Tasbih memperhatikan Sajadah dengan seksama. Ya.. Sajadah itu terlihat sangat lembut dan tebal. Motif-motif yang tergambar pada permukaannya sangat indah. Terlihat sangat mewah. Pasti ia datang ke negeri ini melewati sebuah perjalanan yang sangat jauh. Dan biaya yang tidak sedikit. Pasti dia dimiliki oleh orang berkecukupan. "Dari mana asalmu?" Tanya si biji Tasbih "Aku berasal dari sebuah negeri, nun jauh di ujung sana" "Wah.. Kau beruntung sekali. Tentulah Kau adalah Sajadah yang istimewa bagi Tuanmu." Sajadah itu menunduk sedih. Terdiam. Biji Tasbih tampak heran. "Ya, aku sangat istimewa bagi Tuanku. Bahkan katanya aku sangat istimewa" Sajadah kembali terdiam. Gerak t

PADA SEBUAH TELAGA

Pada sebuah telaga di muka bumi, Langit yang jauh tinggi, beserta awan yang mengiringinya berhenti sejenak untuk bercermin. Bayangannya terlukis dengan nyata di permukaan telaga. Pada sebuah telaga di bawah inilah Langit bisa memahami apa warna yang dilukisnya kini. Pada sebuah telaga langit bisa melihat apakah awan yang dibawanya memberikan kelabu, ataukah mengantarkan cerah matahari di atas sana bagi penghuni bumi. --#-- Begitulah pemimpin. Ibarat langit di atas dan telaga di bawah. Posisi pemimpin yang ada di atas harus berkaca pada rakyat di bawah. Ketika berkaca pada rakyat itulah seorang pemimpin bisa melihat bagaimana wujud aslinya sebagai seorang pemimpin. Ketika rakyat di bawah banyak menderita, seharusnya seorang pemimpin bisa melihat bagaimana leadershipnya. Langit tidak bisa berkaca pada awan. Pemimpin tidak bisa "berkaca" pada anak buah. Karena terkadang anak buah yang tidak merdeka tidak bisa memberikan kritik kepada atasannya. M

Gerimis dan Matahari

Ketika gerimis yang dingin itu bertemu dengan matahari yang panas, sesungguhnya mereka akan segera melukiskan sebuah pelangi. Cahaya matahari menerobos melewati butir-butir gerimis. Dalam setiap butir itu gerimis mampu mengurai cahaya matahari yang satu. Gerimis menunjukkan pada dunia, bahwa satu cahaya benderang itu mengandung paduan warna indah. Lalu ia menghibur setiap mata yang memandangnya. Sebelum sesaat kemudian pelangi itu hilang. Setelah panas matahari meresap butir-butir gerimis yang telah mengurainya. Published with Blogger-droid v2.0.4