Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2010

Mbah Maridjan dan Sebuah Kearifan

Peti mati bertabur harum melati itu perlahan bergerak dikawal oleh para Abdi Dalem yang sangat berduka. Rakyat menyemut di kedua sisi jalan, ikut berduka dengan kepergian Sang Raja, di sekitar tahun 1988. Aku selalu kagum dengan pengabdian para Abdi Dalem. Mengabdi dan menghormati Sang Raja. Orang-orang yang sebagian tidak sekolah seperti halnya Mbah Maridjan ini bagiku bagaikan dongeng-dongeng kesetiaan para shogun kepada tuannya di Jepang sana. Sungguh, kesetiaan ini, kesetiaan Abdi Dalem sangat langka di jaman seperti ini, dan mungkin hanya dimiliki orang-orang tua jaman dahulu (jadi teringat alm. pengasuhku yang sangat setia mengasuh ibuku, paman-bibiku, aku sampai adikku, tanpa pernah mengeluh, menganggap anak2 yg diasuhnya seperti anaknya sendiri) Aku memang bukan Jawa, aku Sunda. Hanya sedikit yang aku pahami dari falsafah Jawa. Namun secara umum falsafah yang dianut dalam budaya asli Indonesia hampir sama. Pada dasarnya adat istiadat asli Indonesia mengambil simbol hubungan a

JANGAN MAU JADI RAKYAT DI NEGERI INI!

Ya.. jangan mau jadi rakyat di negeri ini. Kalau ada bencana rakyat selalu disalahkan. Yang katanya kelakuannya bejat dan koruplah.. Yang katanya suka buang sampah sembaranganlah.. Yang katanya ngeyel karena ga mau disuruh ngungsilah.. Yang katanya salah sendiri takut ombak kok tinggal di pinggir pantailah.. Yang suka proteslah.. Jangan mau jadi rakyat di negeri ini!! Cuman bisa jadi penonton mall-mall mewah yang dibangun, yang mengambil banyak ruang hijau kota. Cuman bisa membayangkan jadi orang kaya seperti di tv, punya apartemen mewah yang katanya bebas banjir dan menyebabkan intrusi air laut. Cuman jadi penonton mobil-mobil mewah yang melaju dikawal provost ketika berdesak2an di antara bau keringat angkutan umum. Cuman menikmati kesenangan sesaat ketika pemilu saja. Ya.. jangan mau jadi rakyat di negeri ini!! Sekali lagi, Kalian, jangan hanya mau jadi rakyat di negeri ini! Karena sebenarnya kalian adalah PEMILIK negeri ini! Bapak-bapak kita dahulu menyerahkan jiwa raganya, dan

ZUHUD, SEBUAH KEBUTUHAN DALAM LEADERSHIP NASIONAL

Ketika dunia begitu gemerlap dan melenakan mayoritas penghuni negeri ini dari akar rumput hingga pucuk kekuasaan, maka pada akhirnya mata kepala kita pun melihat betapa yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar, kekuasaan adalah uang dan uang adalah kekuasaan. Dunia menjadi pusat, menjadi centre dalam pikiran manusia. Yang paling berbahaya adalah ketika pucuk-pucuk pimpinan negeri juga menjadikan dunia sebagai ambisi dan tujuan. Perih hati rakyat menyaksikannya. Dan itu adalah bencana bagi seorang pemimpin. Ya.. bencana bagi seorang pemimpin bukanlah ketika ia kehilangan kekuasaannya, bukanlah ketika ia kehilangan hartanya, tapi ketika rakyat merasakan perih yang amat sangat melihat perilaku Sang Pemimpin, sehingga rakyatnya tidak lagi memberikan ridha mereka kepada Sang Pemimpin. Wah.. kalau sudah seperti itu, seharusnyalah setiap melangkah Sang Pemimpin akan merasa berjalan di atas bara api. Begitu berbahayanya ambisi dunia bagi seorang pemimpin sehingga Ali bin Abi Tha

CERMIN RETAK

Manusia... oh.. manusia.... Makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan. Dikaruniai kebebasan untuk memilih, baik ataupun buruk. Dikaruniai akal dan hati. Membangun peradaban dan membuat inovasi. Maka peradaban manusia akan selalu mengalami kemajuan dari detik ke detik, hari ke hari, tahun ke tahun, abad ke abad. Manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ketidaksempurnaan manusia adalah sebuah kesempurnaan. Maksudnya?? Bahwa Tuhan menganugerahkan peradaban itu kepada manusia dari sebuah ketidaksempurnaan manusia itu sendiri. Apa ketidaksempurnaan itu? Mata!! Loh kok?? Ya mata manusia. Indera yang membuat manusia mampu memandang dunia. Dari pandangannya terhadap dunia itu kemudian manusia mencerna, mengakumulasikan ke dalam otaknya, lalu mulai berkreasi, mulai mencipta. Dengan mata, manusia melihat, memandang dan mengamati dunia dan seisinya. Namun ada satu yang tidak bisa dilakukan oleh mata. Ada satu, dan hanya satu: melihat wajah pemiliknya sendiri. Itulah keunikan ciptaan Tuhan